Monday, October 09, 2017

Membersemai Ananda: Hadir Sepenuhnya, Sadar Seutuhnya

"MEMBERSAMAI ANANDA : HADIR SEPENUHNYA, SADAR SEUTUHNYA"
Oleh : Mesa Dewi Puspita
Disampaikan pada Kuliah WhatsApp #CPSWU, 10 Oktober 2017
Bismillahhirrohmanirrohim...
Ayah dan Bunda sekaliyan, di sesi ini insyaAllah kita akan berdiskusi bersama mengenai Membersamai Ananda : Hadir Sepenuhnya, Sadar Seutuhnya. Kita sama-sama orangtua, sepasang manusia yang telah dititipi Allah para generasi peradaban. Maka di sesi ini kita akan lebih belajar bersama, saling berbagi cerita, ilmu dan pengalaman. Semua guru, semua murid. 

Saya percaya bahwa orangtua, terutama ibu, memiliki naluri yang kuat terhadap anak, fitrah keayahbundaan pun sudah otomatis ter install dalam diri para orangtua. Maka, tugas kita bersama adalah terus belajar, memantaskan diri untuk menjadi fasilitator utama dan pertama bagi anak-anak kita. Menajamkan dan menguatkan naluri yang sudah ada dalam diri. Mendidik diri sendiri sebagai bekal mendidik keluarga.

Imam Al Ghazali rahimahullah dalam risalahnya, Ayyuhal Walad, menegaskan bahwa makna pendidikan sama seperti pekerjaan petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi rumput-rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan mendapatkan hasil panen yang maksimal. 

Ibnul Qayyim rahimahullah menekankan tentang tanggung jawab mendidik ini, “Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT bertanya kepada orangtuanya tentang anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada anak tentang orangtuanya. Sebab, sebagaimana orangtua memiliki hak atas anaknya, maka demikian pula sang anak memiliki hak atas orangtuanya.”

Inilah STRONG WHY (terutama untuk diri saya pribadi) untuk bersungguh-sungguh membersamai ananda dan bersama-sama menemukan peran hidup yang telah Allah gariskan untuknya. Perasaan menerima, ikhlas dan bahagia merupakan modal penting dalam proses membersamai ananda.

"Bunda, temani kakak main….
Bunda, sini….main sama adek…
Sering mendengar permintaan itu dari ananda? Apa biasanya jawaban kita?"😊

Anak itu homo ludens, makhluk yang senang dengan permainan dan bermain. Seorang ibu yang profesional harus bisa senantiasa bermain dengan anak dan menunjukkan kegembiraan. (Septi Peni Wulandani)

Aktivitas anak, terutama di usia pra latih identik dengan bermain. Maka mengalokasikan waktu untuk mendampingi mereka bermain, turut serta terlibat dalam pembagian tugas yang mereka skenariokan, menjadi teman main yang menyenangkan, adalah penting untuk dilakukan oleh orangtua. Membersamai mereka dalam aktivitas yang mereka sukai, mengamati dan mendengar suara mereka, mengaitkan dengan bahasa keunikan anak untuk dapat mengidentifikasi, serta melakukan pencatatan secara konsisten.

Tapi, bukankah amat sulit, membersamai mereka sepanjang waktu sedangkan aktivitas lainnya juga menanti untuk dikerjakan?
Ayah bunda bisa membagi aktivitas ini dalam dua sesi. 

Sesi pertama, focus time. Focus time ini cukup beberapa jam dalam sehari, tidak seharian penuh. Selama sesi ini, orangtua fokus membersamai anak bermain dan belajar. Menunda sejenak hal-hal yang bisa menimbulkan distraksi seperti tugas domestik yang berkelanjutan, berinteraksi dengan gawai maupun pekerjaan lainnya. Dimulai dari memberikan stimulasi, bermain bersama, mengamati, mendengar dan mencatat bisa dilakukan berurutan disini.

Sesi kedua, flexible time. Anak-anak terutama anak usia pra sekolah, tentu hampir 24 jam berada di dekat ibunya. Di flexible time ini anak-anak dilibatkan dalam aktivitas yang harus dikerjakan ibu, melatih kemandirian dengan tetap di bawah pengawasan. Disini ibu cukup mencatat temuan-temuan unik dalam diri anak.

Dan jika berkelanjutan, maka lambat laun di kedua sesi ini kita bisa menemukan sebuah pola atau connecting the dot dari sikap anak.

Misalnya,
Bulan 1. Saat bertemu tantangan, anak bilang, susah Mi….susah… (sambil ekspresi kesal). Kemudian ummi berkata, “Apa yaaa solusinyaaaa…kita cari ide yuuuuk…” 

Bulan 2. Setiap ada tantangan, kita gaungkan “Siapa yang punya ideeee? Kakak punya ide ngga?” Kadang dijawab “Kakak ngga punya ide miiii…” Kadang juga bertanya balik, “Kakak belum punya ide. Ummi punya ide ngga?”

Bulan 3. Saat ada kepiting di rumah, ummi berniat mengajak belajar anatomi hewan. Cari bahan belajar di internet, lalu dicetak. Ternyata printernya ngga bisa. Tiba-tiba, ada yang teriak, “Kakak punya ide mi, gambar kepitingnya digambar pakai tangan aja mi.”

💡Perkembangan pola pikir selama beberapa bulan ini ⏩ Anak paham alur berpikir berikut : 
Saat menemukan tantangan ➡ fokus mencari solusi ➡ menggali ide ➡ menawarkan solusi ➡ tantangan terpecahkan

Studi kasus diatas merupakan penarikan kesimpulan dari pengamatan dan pencatatan yang telah berlangsung selama beberapa bulan. 

Supaya pengamatan bersifat objektif, para orangtua perlu membekali diri dengan pemahaman mengenai tumbuh kembang anak, juga mempelajari tools assesment kepribadian yang sudah teruji. 

Sehingga semakin mudah untuk melakukan pengamatan dan mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu.

Semoga Allah senantiasa memampukan dan memudahkan kita dalam mendidik amanahNya. Aamiin...

📚 Daftar Referensi:
Suwaid, MNAH. 2013. Prophetic Parenting. Pro-U Media : Yogyakarta
Santosa, Harry. 2014. Fitrah based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur : Bekasi
Diskusi dan Materi 3 Mendidik dengan Fitrah, berbasis Hati Nurani. Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. 2015.
Perjalanan belajar bersama dan membersamai ananda di keluarga Griya Riset, 2014-2017

Untuk lebih lengkapnya, resume dirangkum pada link berikut ini:
http://bit.ly/Resumekulwappmembersamaiananda

0 comments:

Post a Comment