Wednesday, October 31, 2018

"Ofo Bike"

https://www.awolgranada.com/ofo-bikes-in-granada/
Kali ini saya ingin membahas penyewaan sepeda di Singapura. Bersepeda keliling Singapore sambil berolahraga. Aplikasi favorite di handphone saya jatuh kepada Ofo Bike. Sejak kemunculannya di Singapore  pada Januari 2017 tahun lalu, sebagai salah satu fasilitas sharing bagi public, si kuning hitam ini sudah mencuri hati saya. Sejak saat itu saya adalah pelanggan tetap Ofo bike bersama Agatha.
Ofo Bike ini adalah sebuah perusahaan layanan bike sharing di singapore, yang menyediakan jasa penyewaan sepeda secara online. Di mana penggunanya harus mengunduh aplikasinya dan nantinya harus menggunakan kamera handphone untuk menscanning QR code yang terdapat di frame sepeda. Lalu QR code yang sudah terbaca dan bluetooth handphone yang sudah menyala sebelumnya, akan membuka gembok sepeda dan kemudian nantinya saat ingin berhenti menggunakan, tinggal gembok kembali sepeda lalu dengan teknologi bluetooth pula yang akan menyelesaikan dan menghitung masa pemakaian sepeda. Seperti itulah cara kerja bike sharing berbasis aplikasi ini. Sebetulnya saya menjajal semua tipe bike sharing seperti, Mobike, Obike, SG Bike dan Anywheel. Namun yang paling cocok ya Ofo bike ini. Sudah jodoh nya sama ini kali yak.. hehehehe..
Yang pernah saya baca, Ofo ini adalah perusahaan pertama sebagai jenis sepeda bersama terbesar yang diciptakan untuk memberikan solusi transportasi kota terbaik yang dapat mengubah mindset warga mengenai permasalahan perkotaan dengan go green. Saat ini Ofo telah terhubung dengan 10 juta pengguna sepeda untuk mencapai lebih 200 juta di negara seperti Australia, Austria, China, France, Germany, India, Japan, Italy, Malaysia, Singapore, Netherland, UK, US, dan masih banyak lagi lainnya.
Doc. Pribadi
Dengan adanya bike sharing ini, saya yang tidak membeli sepeda pribadi sangat terbantu, saya juga tidak perlu memikirkan biaya perawatan, dan saya bisa menemukan sepeda sharing ini dimana saja, terutama di public area atau di parkirkan di bawah apartemen-apartemen penduduk Singapura. Dan salah satu kegiatan olahraga yang paling saya senangi selain jalan kaki muter-muter Singapura, ya berenang dan bersepeda ini. Jadi pas bangetsss! Saya juga bisa kapan saja menemani Agatha yang juga suka bersepeda. Kalau mau pergi ke tempat-tempat yang tidak jauh dari rumah juga saya usahakan tidak menggunakan Bus, saya tetap memilih bersepeda. Sedikit berkeringat tapi bikin fresh! Ssssttt... ini salah satu cara diet ala saya. Semoga yaaa.. diet nya saksesss! hehehehe..
So' kalau kalian jalan-jalan ke Singapura dan ingin putar-putar Singapura dengan biaya minimalis sekaligus ingin berolahraga, maka saya merekomendasi Ofo bike, karena sepedanya lebih baru dan lebih baik kualitasnya. Ada 2 tipe yang dikeluarkan oleh Ofo bike, yang menggunakan gear dan yang tidak. Tapi keduanya tetap asyik dipakai kok. Biaya sekali rental start from $0.50 to unlock + $0.50/15 min, atau kita bisa top up untuk 7 hari $1.59 dan 30 hari $6.99. Dengan tarif pemakaian 50 cent per 30 menit, cukup lumayan menghemat biaya transport untuk warga Singapura yang masih kuat dan sehat. Selain berhemat, badan juga jantung menjadi sehat, serta tujuan terciptanya bike sharing ini telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitar yaitu mengurangi polusi tentunya ya. Meskipun selama hampir 9 tahun saya disini saya hampir gak pernah liat asap knalpot motor atau mobil di jalan raya.
Disini saya coba membagikan cara mudah untuk menyewa Ofo Bike di Singapura.
1. Download aplikasi Ofo Bike di posel kita.
2. Kemudian kita daftar dulu nomor handphopne dan verified via SMS
3. Masukan detail kartu debit atau kartu kredit, Penggunaan bike sharing dikenakan biaya deposito, hal ini untuk memastikan bahwa kita bertanggung jawab sebagai pengguna.
4. Cari sepeda yang bisa dipakai, bisa dari aplikasi yang akan memberitahukan dimana posisi Ofo Bike di parkirkan, atau dari mencari fisiknya di sekitar kita.
5. Bila sudah bertemu dengan sepeda, klik unclock lalu scan barcode. kunci akan terbuka. (ada yang terbuka otomatis bila bluetooth dinyalakan, ada yang manual bila bluetooth dalam posisi off)
6. Setting tempat duduk sesuai dengan tinggi badan kita
7. Setelah selesai pemakaian, parkirkan sepeda di tempat parkir umum yang disediakan. Jangan memarkirkan sepeda di tempat pribadi yang menyulitkan pengguna lain menemukannya.
8. Lock kembali sepeda sampai bunyi, dan terlihat notifikasi di handphopne kita.
Selamat mencoba naik sepeda keliling Singapura sekaligus berolahraga. Dijamin seru!

#HariKe-3
#GameLevel12
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#KeluargaMultimedia

Tuesday, October 30, 2018

"Dua (Doa)"

Sebuah aplikasi bernama Dua (doa) dihadirkan oleh pengembang aplikasi asal Indonesia. sangat mudah digunakan. Muslim Kids Series: Dua'. Kata 'dua' di situ adalah ejaan Inggris untuk Doa, Tampilan aplikasi ini ringkas dan mudah digunakan. ilustrasinya pun lucu, berwarna-warni dan membuat anak-anak tertarik ingin melihat. Apliaksi ini menggunakan icon-icon kartun misalnya  mau makan. bangun tidur, hendak mandi, hendak berpakaian dan lain sebagainya.
Anak juga dapat menyentuh ikon gambarnya maka akan muncul halaman yang lebih detail dan ketika speaker disebelahnya di sentuh maka akan keluar suara anak kecil yang sedang membacakannya. Terdapat 3 pilihan Bahasa, yaitu  Inggris, Indonesia dan Arab untuk teksnya.
Alhamdulillah aplikasi ini sangat membantu saya dan Agatha dalam belajar menghapal doa-doa harian. Aplikasi fun dan sarat pendidikan seperti ini sangat membantu saya dan Agatha untuk menambah pengetahuan dan belajar menghapal. Ditambah Agatha memang memiliki gaya belajar audio visual. Pas untuk karakternya.
Aplikasi doa ini menampilkan 39 list doa sehari-har. Aplikasi ini cocok digunakan untuk anak usia 3 tahun keatas.

#HariKe-2
#GameLevel12
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#KeluargaMultimedia

Monday, October 29, 2018

"Ladytimer"

Level terakhir kelas Bunda Sayang ini mengangkat tema "keluarga multimedia". Syukur alhamdulillah sampai juga di materi terakhir. Dan yang bisa saya katakan adalah bahwa semua tema yang dihadirkan di kelas bunda sayang ini sangat-sangat berbobot. Saya tidak hanya merasakan tantangannya, namun semua materi membuka hati dan pikiran saya akan begitu banyak ilmu baru yang sarat manfaat. Semuanya punya tantangan masing-masing dalam mempraktekkan-nya.
Di level ini kami ditantang untuk mereview aplikasi apa saja yang kami gunakan dalam keseharian dan dalam penggunaan-nya dimanfaatkan oleh kami para Ibu untuk memudahkan dan membantu kami dalam:
🌼 Mendidik/ memantau perkembangan anak
🌼 Manajemen diri/ anak/ keluarga
🌼 Meningkatkan produktivitas
🌼 Menambah amalan ibu agar bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang
🌼 Memantau ovulasi bagi perempuan
🌼 Mengatur aktivitas anak
Ladytimer
Pada hari pertama ini saya ingin membagikan sebuah aplikasi yang sudah saya pakai di 3 tahun terakhir ini semenjak saya merasa bahwa siklus menstruasi saya selalu bermasalah yaitu Ladytimer
Aplikasi ini sangat membantu saya dalam melacak dan memprediksi siklus menstruasi, mengecek masa ovulasi dan berfungsi sebagai kalkulator di siklus menstruasi saya serta mampu membantu para perempuan yang ingin merencanakan kehamilan atau menghindari kehamilan. Sejauh ini Ladytimer sangat membantu sekali. Apalagi seperti saya yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sejak anak pertama lahir. Sehingga saya sangat terbantu dengan Ladytimer ini.
Ladytimer ini juga memberikan informasi tentang period menstruasi, kapan masa subur saya (fertile) juga kapan masa ovulasi saya setelah period berakhir. Ladytimer juga menyimpan period history selama 8 bulan terakhir. Ladytimer juga memiliki kalender kesuburan dengan grafik suhu tubuh kita.
Pilihan kalender Ovulasi juga dapat mengecek PMS, suasana hati, berat badan, suhu, pemakaian kontrasepsi (bila menggunakan), ketika memulai kehamilan, mengingatkan waktu tidur dan mengecek tekanan darah. Ladytimer  juga membantu merencanakan bayi dengan perkiraan anak laki-laki atau anak perempuan
Aplikasi ini di dukung oleh berbagai: Arab, China, Ceko, Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, Yunani, Hindi, Italia, Jepang, Korea, Polandia, Portugis, Rusia, Spanyol

#HariKe-1
#GameLevel12
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#KeluargaMultimedia

Tuesday, October 23, 2018

Kunjungan singkat keluarga Semarang ke Singapura

Sudah lama sekali saya tidak menulis cerita tentang kehidupan di Singapura ini. Sejak kelas Bunda Sayang aktif, maka blog ini-pun beralih fungsi sebagai wadah untuk menuangkan tantangan 10 hari kelas Bunda Sayang. Qadarullah Ibu Profesional ASIA melahirkan Rumah Belajar Literasi serta membuat program "Nulis Bareng" sehingga membangkitkan semangat lagi untuk menulis kisah selain dari Tantangan 10 hari.
https://www.nparks.gov.sg/gardens-parks-and-nature/parks-and-nature-reserves/admiralty-park
Tema kali ini seputar kegiatan mengisi liburan bersama keluarga. Nah pas banget tuh, Oktober ini kami kedatangan keluarga dari Semarang. Kedua eyang Agatha, Bunda Tya dan Ayah Iis, serta dua ponakan Zeroun dan Zafran menghabiskan liburan disini. Hanya sayangnya kedatangan mereka tidak bertepatan dengan libur sekolah Agatha, sehingga kami-pun tidak maksimal untuk menemani mereka keliling Singapura. Saya akan membagi cerita dari beberapa tempat yang sempat kami kunjungi bersama-sama. Salah satunya Admiralty Park. Tentunya Saya dan Agatha sudah berkali-kali pergi kesini sejak playground ini dibuka tahun lalu. Saudara sempet bertanya, apakah harus membayar kalau datang kesini?? Ohh tentuu tidak! Sudah saya kasih stempel Free! hehehehe.. Gak lah, bukan saya tapi NParks. Hampir semua Park dan Playground yang dibawahi oleh Nparks semua free.
Doc. Pribadi
Admiralty Park terletak di Woodlands di bagian Utara wilayah Singapura. Admiralty Park ini mempunyai 26 slide. Seruu banget kann! puas-puasin deh tuh meluncur dengan berbagai macam gaya hehehehehe..  ini adalah Salah satu Parkplayground yang mempunyai slide terbanyak di seluruh park di Singapura. Dan yang paling seru disini ada slide yang panjangnya sampe 23m dengan ketinggian 9m. Tapi jujur ajah yang ini saya agak takut. Saya gak tahu sejak kapan saya merasa phobia berada di tempat gelap dan sempit, jadi saya memilih untuk gak mencoba, dan lebih memilih slide yang gak tertutup agar lebih lega bernapas. Admiralty park ini buka 24 jam. "Monggo lho ya, mau pergi jam berapa ajah, atau mau sekalian siskamling di sana juga boleh, asal jangan sampe dangdutan, bisi di usir satpam Nparks  hehehe.."
Untuk datang kesini dari area manapun, kita bisa berhenti di Woodlands Bus Interchange, dari sana bisa naik bus 903 dan berhenti di Bus Stop ke 2. Kalau kuat sih sebenernya dari Woodlands Bus Interchange bisa goes nyepedah lho ya. Hitung-hitung olahraga hehehe..
Doc. Pribadi
Hari berikutnya kami menyusuri Clarke Quay sampai ke Merlion park, karena adik Zafran waktu kesini masih kecil. Sehingga dia minta diajak ke Merlion lagi. Merlion adalah icon negara Singapura. Hampir semua orang yang datang ke Singapura di pastikan akan mampir kesini. Saya dan Agatha sudah gak kehitung ntah berapa kali mengunjungi tempat ini selama 8 tahun tinggal di negara ini. Untuk sampai ke Clarke Quay ini kita turun di Raffles Place MRT Station. Dan keluar menyusuri Exit H. Lalu belok ke kanan, ketemu deh sama Singapore River. Singapore River sangat bersih dan di kiri kanannya terdapat tempat-tempat hangout untuk nongkrong yang keren, yaitu Clarke Quay dan Boat Quay. Di area ini juga ada Singapore River Cruise. Ini adalah wisata perahu untuk menyusuri Singapore River. Perahu akan mulai dari dermaga Clarke Quay (khusus naik kapal ini), setelah itu akan melewati Boat Quay lalu CBD Singapore melewati Fullerton Hotel yang sangat megah sampai ke Merlion Park. Sambil mengambil foto dan mengarungi sungai, kita juga akan mendengarkan penjelasan mengenai sejarah Singapore River dari suara yang sudah di rekam di dalam kapal yang kita tumpangi. Akan di jelaskan berbagai sejarah jembatan/gedung, dan juga penjelasan mitos-mitos yang di percaya orang membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi rakyat Singapura. Jika kita naik kapal di malam hari maka kita dapat menikmati suasana Marina Bay dengan lampu yang indah di sepanjang sungai.
Doc. Pribadi
Harga Singapore River Cruise di Loket:
Dewasa $25 SGD
Anak $15 SGD
Yang membayar hanya anak-anak usia 3-12 tahun, serta dewasa 13 tahun keatas. Tiket dapat di tukar di loket, pas sebelah dermaga untuk naik perahu. Loket berada di Clarke Quay Jetty (near G-Max Reverse Bungy). MRT Terdekat Clarke Quay atau di Raffles Place MRT. Jam operasi naik perahu di Singapore River Cruise buka jam 10 pagi - jam 9 malam. Tiketnya open date, seandainya hari ini belum bisa pergi bisa dipakai di hari yang lain. 
Sebenernya ada beberapa tempat lain yang kami kunjungi bersama-sama keluarga di bulan ini. Tapi kali ini cukup dua tempat saja dulu ya. Cerita tentang beberapa playground dan Park di Singapura juga sudah pernah saya tulis di blog ini. Ada di bagian Wisata & Park di Singapura.
Jika ada yang ingin ditanyakan, jangan segan untuk bertanya di kolom komentar ya, saya akan coba jawab sesempatnya hehehehe. 

Tuesday, October 09, 2018

Aliran Rasa Level 11: "Fitrah Seksualitas”

Seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berfikir, bertindak sesuai dengan gendernya.
Menjadi Ayah atau menjadi Ibu itu bukan berangkat dari fitrah bakat, itu adalah fitrah gender atau fitrah seksualitas
Begitupula anak lelaki yang suplai “feminitas” dari ibu berlebihan sementara suplai maskulinitas dari ayah berkurangan, akan mengalami penyimpangan fitrah seksualitasnya yaitu menjadi “melambai” atau cenderung “homo” atau setidakmya kurang kejantanannya
Anak perempuan yang berkekurangan suplai “feminitas”dari ibu, sementara berkelebihan dalam suplai “maskulinitas” dari ayah, akan mengalami penyimpangan fitrah seksualitas yaitu menjadi tomboy atau cenderung lesbi atau setidaknya kurang kelembutan seorang perempuan.
Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.
Secara fitrah seksualitas seseorang hanya dilahirkan sebagai lelaki atau sebagai perempuan, tidak ada jenis kelamin lainnya. Jika ada orang yang mengatakan bahwa homo atau lesbian atau lainnya adalah bawaan lahir, itu sesungguhnya ia telah menyimpang fitrahnya.
Prinsip 1: Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqil baligh (15 tahun)
Prinsip 2: Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.
Prinsip 3: Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.
Setidaknya, kurangnya suplai ayah dan suplai ibu secara seimbang sesuai gendernya di masa anak sejak usia 0-14 tahun, akan berdampak buruk pada fitrah seksualitasnya ketika dewasa.
Dalam penelusuran Siroh Nabi SAW, ternyata memang sosok ayah dan ibu tidak boleh hilang sepanjang masa anak, sejak lahir sampai aqil baligh di usia 15 tahun.
Lalu bagaimana mendidik fitrah seksualitas?
Inti mendidik fitrah seksualitas adalah terbangunnya (kelekatan) serta suplai ke ayahan dan suplai keibuan.
Usia 0-2 tahun – merawat kelekatan awal
Anak lelaki atau anak perempuan didekatkan kepada ibunya karena ada masa menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta.
Usia 3-6 tahun – menguatkan konsep diri berupa identitas gender
Anak lelaki dan anak perempuan di dekatkan kepada ayah dan ibunya secara bersama.
Usia 3 tahun, anak harus dengan jelas mengatakan identitas gendernya. Misalnya anak perempuan harus berkata “bunda, aku perempuan”, sebaliknya juga anak lelaki.
Jika sampai usia 3 tahun masih “bingung” identitas gendernya, ada kemungkinan sosok ayah atau sosok ibu tidak hadir. Inilah tahap penguatan konsep identitas gender pada diri anak
Pada tahap ini praktek “toileting”, dapat dijadikan juga sarana menumbuhkan fitrah seksualitas berupa penguatan konsep diri atau identitas gendernya
Usia 7-10 tahun – menumbuhkan dan menyadarkan potensi gendernya

Catatan 1:
Anak anak yang kehilangan salah satu sosok orangtua baik karena meninggal atau karena perceraian, maka wajib segera diberikan sosok pengganti sampai mencapai aqil baligh baik dari keluarga besar maupun komunitas/jamaah kaum Muslimin.
Catatan 2:
Fitrah Seksualitas ini tidak tumbuh berdiri sendiri harus pula diiringi tumbuhnya fitrah lainnya seperti fitrah keimanan, fitrah individualitas dan fitrah sosialitas sehingga agar juga tidak mudah ditularkan penyimpangan seksual oleh lingkungan.
Catatan 3:
LGBT jelas adalah penyimpangan fitrah seksualitas, bukan genetik tetapi karena salah pengasuhan atau tidak diagendakan dalam pendidikan atau penularan perilaku lingkungan.
Fitrah seksualitas yang menyimpang, terjadi karena tidak terpenuhi pada tahapan masa pendidikan fitrahnya. Bahwa fitrah seksualitas harus tumbuh paripurna bersama kehadiran penuh ayahibunya melalui kelekatan yang intens sejak dalam kandungan sampai aqil baligh.
Pada level ini semua kelompok diberi kesempatan untuk memaparkan berbagai macam tema tentang "fitrah seksualitas". Yang mana semua sudah saya review kembali di blog saya dan judul dari tema-tema tersebut saya tuliskan kembali disini:
1.  "Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak"
2.  "Mewaspadai pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak"
3.  "Boleh dan tidak boleh, pantas dan tidak pantas dalam fitrah seksualitas"
4.  "Tarbiyah Jinsiyah"
5.  "Media Edukasi Fitrah Seksualitas"
6.  "Penyimpangan seksual dan pencegahannya sejak dini"
7.  "Peran Ibu dalam Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak"
8.  "Konsep Diri Anak dan Fitrah Seksualitas"
9.  "Pengetahuan Seks adalah Tabu: Bikin Malu Sekaligus Penasaran"
10. "Mengarahkan Kecenderungan Seksual Anak"
11. "Relasi Anak dan Orangtua dalam Fitrah Seksualitas"
12. "Fitrah Seksual dan Gender dalam Pendidikan Anak"
13. "Fitrah Seksualitas Pada Anak Berkebutuhan Khusus"
14. "Reproduksi Sehat & Fitrah Seksualitas pada Anak"
15. "Peran Ayah dan Ibu Bagi Anak"
Sekali lagi, kelekatan yang baik dari ayah dan ibu inilah yang kelak menumbuhkan fitrah seksualitasnya dengan paripurna dan berjalan sebagaimana perannya yaitu menjadi lelaki dan ayah sejati bagi anak lelaki, serta menjadi perempuan sejati dan ibu sejati bagi anak perempuan. Fitrah seksualitas yang tumbuh baik sesuai tahapannya dipandu agama yang fitri akan membuat mereka kelak beradab pada pasangan dan keturunannya.
Kepercayaan orangtua dengan memberi ruang bagi ego anaknya ketika anak anak, juga peran strategis ayah yang penting memberikan suplai “ego” kelak akan menumbuhkan fitrah individualitasnya dan fitrah sosialitasnya, yang memberikan kemampuan yang baik dalam kepercayaan diri dan bersosial di masyarakatnya untuk tidak mudah menjadi korban bully maupun pelecehan seksual.
Semua tema yang dipaparkan di atas kembali membuat saya 'melek', membuat saya harus terus belajar tanpa lelah untuk mengetahui lebih jauh tentang fitrah seksualitas ini, bahwa tanggung jawab besar sebagai orang tua sudah menunggu di depan mata, tidak sekarang, esok, lusa, yang jelas in shaa Allah saya pun akan menjalaninya. Semoga saya dan suami mampu bergandengan tangan untuk semakin menguatkan peran kami sebagai orang tua dengan porsinya masing-masing. Semoga Allah berikan kemudahan-kemudahan, agar saya mampu menjadi sosok yang mampu memeluk anak-anak saya kelak dengan penuh cinta, kepercayaan, menguatkan iman dan takwa sebagai role model yang baik bagi mereka. Semoga Allah pun selalu melindungi anak-anak kita.

#AliranRasa
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Monday, October 08, 2018

Review Tantangan 10 Hari | Materi Bunda Sayang #11: "Membangkitkan Fitrah Seksualitas"

Review Tantangan 10 Hari
Materi Bunda Sayang #11: "MEMBANGKITKAN FITRAH SEKSUALITAS"
Kelas Bunda Sayang #3 - Institut Ibu Profesional


Teman-teman, terima kasih karena di materi 11 kali ini sudah menjalankan banyak proses belajar. Mulai dari belajar diskusi mengelola kelompok kecil (small group discussion), belajar dengan cara berbagi ilmu (Learning by Teaching), belajar membuat berbagai macam media pembelajaran  (learning tools), dan tentunya lebih memahami topik pembelajaran kita di sesi 11 ini  tentang  "membangkitkan fitrah seksualitas anak".
Mari kita kupas satu persatu apa yang sudah kita pelajari di sesi 11 ini.
☘  Diskusi dalam Grup Kecil (Small Group Discussion )
Small group discussion adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan pada kita untuk belajar secara lebih aktif dengan bekerja sama dalam kelompok guna mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan. Kali ini tentang fitrah seksualitas.

Dalam small group discussion kita mendapat stimulus untuk:
1. Mengeksplorasi gagasan
2. Meningkatkan pemahaman hal baru, 
3. Menguasai teknik untuk memecahkan masalah, 
4. Mendorong pengembangan berpikir dan berkomunikasi secara efektif,
5. Memperbaiki kerja sama kelompok, 
6. Meningkatkan keterlibatan semua peserta dalam mengambil keputusan.

☘ Belajar dengan Cara Mengajar (Learning by Teaching)
Learning by teaching (German: Lernen durch Lehren, short LdL) designates currently the method by Jean-Pol Martin that allows pupils and students to prepare and to teach lessons, or parts of lessons. Learning by teaching should not be confused with presentations or lectures by students, as students not only convey a certain content, but also choose their own methods and didactic approaches in teaching classmates that subject.

Teman-teman di kelas bunda sayang ini tidak lagi belajar Learning by Teaching yang digagas oleh seorang ahli pendidikan Jerman Jean-Pol Martin tetapi kita semua sudah langsung mempraktekkannya.

Ketika kita membagikan ilmu  fitrah seksualitas kepada semua teman-teman di kelas bunda sayang  tanpa sadar kita juga belajar, mengeksplor, mereview, dan mengevaluasi ilmu fitrah seksualitas, reproduksi sehat, dan sejenisnya  yang mungkin telah lama terpendam, tersimpan dalam memori. 

Kadang kita tahu bahwa kita pernah mendapatkan ilmu tersebut, tapi kita lupa menempatkannya dimana. Lalu moment saat kita mengajarlah yang membantu kita belajar menemukan "file" itu kembali. Begitu seterusnya semakin kita mengajarkannya semakin banyak pula kita belajar mengulangnya, sehingga ilmu kita bertambah dan semakin tajam.

☘ Media Pembelajaran (Learning Tools)
Media Pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman (lihat gambar).

Di sesi ini teman-teman sudah menghasilkan banyak sekali media pembelajaran tentang fitrah seksualitas, sehingga bisa membantu banyak orang untuk memahami bagaimana cara membangkitkan fitrah seksualitas pada diri anak-anak.

☘ Fitrah Seksualitas 
Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya. Yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki. Demikian juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.

Di sesi 11 ini kita melihat berbagai macam ilmu yang disampaikan dari masing-masing kelompok seputar apa itu fitrah seksualitas, bagaimana cara membangkitkannya dan menumbuhkan fitrah tersebut sesuai jalannya.

Secara garis besar ada beberapa prinsip yang bisa kita simpulkan yaitu:
Prinsip 1 : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqil baligh (15 tahun)

Prinsip 2 : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.

Prinsip 3 : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.

Luar biasa pembelajaran teman-teman di sesi 11 ini. Kumpulkan harta karun yang sudah anda temukan dalam etape belajar kali ini, kemas dengan bagus dan tebarkan benih kebaikan ilmu yang sudah anda dapatkan ke sebanyak-banyak orang.

Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚 Daftar Bacaan:
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Harry Santosa dkk,2017, Fitrah Based Education, Jakarta
Jean Pol Martin, 2016,  Learning by Teaching

Thursday, October 04, 2018

"Peran Ayah dan Ibu Bagi Anak" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-15

Masih banyak anggapan bahwa pendidikan anak itu tugas ibu, sementara ayah tidak diperlukan. Bahkan dunia psikologi pun mengabaikan pentingnya peran ayah. Hanya sedikit psikolog yang menghubungkan pengasuhan anak dengan ayah. Baru pada dekade 80-an,  penelitian tentang peran ayah mulai semakin banyak.
Kini, semakin banyak ditemukan pentingnya peran ayah. Salah satu figur sentral dunia psikologi, Sigmund Freud, mengungkapkan:
 Saya tidak bisa memikirkan kebutuhan masa kecil yang lebih kuat dari kebutuhan akan perlindungan ayah.
Bagi anak perempuan, seorang ibu adalah pengayom bagi anak-anaknya, terutama anak perempuan yang biasanya paling sering mengalami kegalauan. Sang ibu menjadi peneman anak-anaknya, yang memberikannya support tak terbatas bagi anak-anaknya. Disamping ibu, ada seorang sosok yang juga penting, yaitu sosok ayah. Walaupun jasanya tidak sebesar Ibu yang telah merasakan sakit saat melahirkan, tetapi ayah juga memiliki peran sangat besar. Ayah memiliki sifat yang sangat cuek dan pekerja keras. Sifat cuek seorang ayah bukan karena tidak peduli dengan anaknya, namun ia hanya ingin anak nya memiliki kepribadian yang tangguh sama seperti dia.
Ayah adalah sosok yang sangat sabar dalam menemani bermain dengan anak-anaknya, terutama untuk anak perempuannya. Ayah adalah sosok yang paling berarti untuk seorang anak perempuan, dimana hanya ayah lah yang paling mengerti apa ingin nya. Sosok seorang Ayah yang paling sering memberikan petualangan-petualangan baru dan menyenangkan untuk anak perempuannya. Bahkan, Ayah tidak pernah mengeluh karena kelelahan menjadi tulang punggung keluarga.
Ayah merupakan sosok lelaki pertama yang mucul di hadapan anak perempuannya. Dia lelaki pertama dan terdekat yang berada disisinya. Demikian juga hal ini terus berlanjut hingga anak perempuan menjadi seorang wanita dewasa, yang tetap menjadikan ayahnya sebagai cinta pertamanya. Hal yang luar biasa, bahwa tidak jarang sosok seorang ayah dijadikan sebagai patokan dan panutan buat kaum wanita dalam mendapatkan pasangan seumur hidupnya. Cinta sang ayah pada anak perempuannya, lebih besar daripada lelaki manapun.
Begitupula bagi seorang anak laki-laki, pada anak laki-laki, kebutuhan ini lebih besar lagi. Anak laki-laki membutuhkan ayah untuk memunculkan kemaskulinan dalam dirinya. Robert Stoller mengungkapkan, “Maskulinitas pada lelaki itu bukanlah hal yang alami terjadi, namun maskulinitas itu perlu dilatih.”
Ayahlah yang mengajarkan anak-anak untuk menjadi seorang lelaki sejati, yang mampu berkata tegas, yang memiliki ego, yang berkeinginan kuat untuk melindungi orang di sekitarnya, dan berbagai sifat maskulin lainnya.
Anak yang tidak memiliki sosok ayah pada saat masih kecil akan merasa rindu akan sosok maskulin pada saat ia dewasa. Jika dalam masa pertumbuhannya terkena  masalah, anak tanpa sosok ayah ini rentan terombang-ambing dunia sekitarnya, tidak punya pendirian.
Sang anak laki-laki harus menghadapi tantangan dari ayahnya ini. Daya tarik yang ayah tawarkan adalah imbalan dari sang ayah berupa pengasuhan, rasa hormat, bahkan sampai kepemilikan materi. Semua  imbalan ini ayah berikan sesuai respon dari anak laki-lakinya.
Ayah perlu menjadi sosok orang tua yang cukup kuat dan cukup menarik untuk membuat anak laki-laki”meninggalkan” hubungan yang nyaman dan identifikasi dengan ibunya.
Sementara itu sang ayah merupakan jembatan yang mengantarkan sang anak menuju kehidupan nyata. Oleh karena itu, secara alamiah sang ayah memberikan pengasuhan yang bersyarat. Itulah sebabnya ayah yang ikut membesarkan anak laki-laki akan membuat sang anak lebih siap menghadapi kehidupan di luar rumah, misalnya lebih supel dalam bergaul.
Sementara itu pengasuhan adalah kehangatan, penerimaan, kehadiran, kepedulian, dan rasa sayang secara fisik pada anak laki-laki didapat dari seorang Ibu.
2 tugas besar pada masa perkembangan yang sama:
Pembentukan identitas yang mandiri (termasuk perkembangan pendirian bahwa dirinya mampu)
Identifikasi gender (mengenali sosok maskulin pada anak laki-laki dan feminin pada anak perempuan)
Bagi anak laki-laki, kedua tugas ini sangat saling bergantung. Pada anak laki-laki, perasaan bahwa dirinya mampu mendorong perasaan kemaskulinan. Begitu pula kemaskulinan mendorong adanya  perasaan bahwa dirinya mampu.
Sebagian ayah menggunakan pengasuhan anaknya sebagai satu cara untuk memenuhi kebutuhan narsistis sang ayah. Ayah yang masih memiliki kebutuhan untuk narsis saat mengasuh anak akan mencintai anaknya dengan cara yang sangat mengekang dan berfokus pada sang ayah, bukan anak.
Pengasuhan ini tidak akan mencukupi jika sang ayah gagal mendorong kemandirian yang maskulin pada diri anak laki-laki. Saat cinta sang ayah digunakan untuk mengekang pertumbuhan maskulin sang anak, hasilnya adalah terhambatnya percaya diri dan perkembangan gender anak.
Kemandirian yang maskulin dapat dihalangi oleh 2 hal: perlindungan yang berlebihan dan dominasi yang berlebihan. Psikolog Friedberd (1975) mengamati bahwa: “Anak-anak yang menjadi homoseksual adalah anak-anak yang berada dalam 2 kondisi: terlalu dimanja atau dibesarkan dalam tekanan sehingga ia merasa sangat inferior.”
Banyak  penelitian menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah pada anak laki-laki menghasilkan sosok pria yang: terlalu bergantung pada orang lain, kurang ketegasan, dan identitas maskulin yang lemah.
Dalam penelitian terhadap 80 anak-anak pelaut Norwegia yang sangat jarang berada di rumah menunjukkan: anak laki-laki menjadi sangat kekanak-kanakan, sulit bergaul dengan teman sebaya, dan menjadi sangat haus akan sosok ayah.
Ketidakhadiran sosok ayah terkadang dihubungkan dengan rentan menjadi homoseksual, padahal tidak seperti itu. Yang anak butuhkan adalah penerimaan dari seseorang yang maskulin.
Ada bukti yang jelas bahwa anak laki-laki tanpa ayah mampu menyukai lawan jenisnya jika ia tidak mengalami penolakan emosional dari sosok lelaki di dekatnya. Anak tanpa ayah cenderung tidak bisa melindungi dirinya dari penolakan. Oleh karena itu, anak tanpa ayah memerlukan sosok maskulin pengganti yang bisa dipercaya dan mau memahami kondisi sang anak.
Penyebab utama homosekusual bukanlah ketidakhadiran sang ayah. Penyebab utamanya adalah sikap defensif anak lelaki terhadap penolakan laki-laki di sekitarnya. Selama sang laki-laki tetap terbuka terhadap pengaruh maskulin, anak ini akan tetap menemukan sosok ayah yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Setiap laki-laki membutuhkan kebutuhan yang sehat akan keintiman dengan laki-laki lainnya. Keinginan ini muncul di awal masa kecil dan dipenuhi pertama kalinya oleh ayahnya. Setelah ayah, anak laki-laki membutuhkan teman laki-laki. Moberly (1983) menyebutkan bahwa saat keinginan ini dihambat, ketertarikan homoseksual timbul sebagai usaha dalam diri sang anak untuk memperbaiki kekurangan yang ada di hidupnya.
Dalam keluarga, para ayah perlu menghindari keempat hal ini. Sebagai kepala keluarga, ayah perlu mendidik anak laki-lakinya agar tumbuh menjadi lelaki sejati. Jadilah ayah yang maskulin, yang berperan banyak dalam keluarga sekaligus aktif dalam pengasuhan anak laki-lakinya.
Pada kenyataannya anak laki-laki ratarata lebih dekat dengan Ibunya. Anak laki-laki yang lebih dekat dengan ibu memang sering dicap sebagai “anak mama” yang penuh dengan stigma manja. Namun, mereka justru memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik. Dilansir dari Huffington Post, anak-anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya cenderung tidak terlibat dalam geng di sekolah, penyalahgunaan narkoba, atau melakukan seks bebas di bawah umur. Jika terlibat dengan masalah dengan temannya, mereka tidak akan memilih berkelahi dengan kekerasan, tapi  memilih untuk berkomunikasi secara baik-baik.
Itulah sebabnya anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya cenderung memiliki banyak teman di sekolah dan terhindar dari risiko depresi dan kecemasan. Pasalnya, mereka terlatih lebih mampu memahami perasaan orang lain, mudah untuk menjaga diri sendiri, dan lebih mudah mengendalikan emosinya. Hingga ia dewasa nanti, anak laki-laki akan terbiasa untuk menghormati wanita karena hubungannya yang erat dengan ibunya.
Sedangkan bagi anak perempuan sosok Ibu, bukan berarti tidak bisa melindungi, akan tetapi anak perempuan merasa lebih aman dan nyaman dalam pelukan ayah. Ini sebabnya anak perempuan akan belajar soal ketangguhan dan ketegasan dari sosok ayah ketimbang ibu.
Hal ini juga dapat terjadi ketika ibu terlalu memusatkan perhatian pada adik laki-lakinya, terlebih jika adiknya baru lahir. Anak perempuan juga bisa merasa cemburu saat perhatian orangtuanya lebih tertuju pada saudara kandungnya. Karena itulah, anak perempuan akan mencari sosok ayah yang lebih tersedia untuknya.
Menurut Jennifer Mascaro, seorang peneliti dari Emory University, sosok ayah cenderung lebih merespon anak perempuan ketimbang anak laki-lakinya. Hal ini dibuktikan melalui sebuah penelitian yang dilakukan pada 52 ayah dari 30 anak perempuan dan 22 anak laki-laki di Atlanta, Amerika Serikat.
Penelitian ini menggunakan alat perekam perilaku berupa Electronically Activated Recorder (EAR) untuk melihat bagaimana respon otak ayah terhadap foto anak-anak mereka dengan ekspresi bahagia, sedih, atau netral.
Tak disangka, respon otak ayah terhadap anak perempuan menunjukkan hasil signifikan saat melihat wajah bahagia putrinya dibanding anak laki-lakinya. Bahkan ketika kedua anak menangis pun, otak ayah lebih cepat merespon anak perempuannya ketimbang anak laki-laki.
Itulah sebabnya anak perempuan akan langsung berlari pada ayahnya saat memiliki keinginan tertentu. Contohnya saat anak perempuan minta dibelikan mainan. Ibu biasanya akan tegas menolak bila anak perempuannya merengek. Sedangkan ayah biasanya akan langsung menyetujui setiap keinginan anak perempuannya. Maka tidak heran bila anak perempuan lebih bergantung pada ayahnya ketimbang ibunya.
Meskipun anak laki-laki memang cenderung dekat dengan ibu dan anak perempuan ke ayah, ini bukan berarti orangtua hanya terfokus pada satu anak saja yang lebih dekat dengan mereka. Pasalnya, pola asuh orangtua yang buruk dapat menimbulkan masalah pada anak, khususnya pada anak laki-laki.
Jika anak laki-laki kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, maka hal ini akan memengaruhi perubahan perilaku anak. Anak akan berkembang menjadi sosok yang agresif dan cenderung memberontak. Karena itulah, baik anak laki-laki maupun perempuan tetap membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. 
Perlu dicatat, setiap anak itu berbeda-beda sehingga pendekatan orangtua pun harus selalu menyesuaikan kebutuhan anak. Kakak dan adik kandung sekalipun bisa saja memiliki sifat dan watak yang berbeda. Jadi orangtua harus peka melihat seperti apa pola asuh yang terbaik bagi masing-masing anak.

Referensi:
1. http://appeonline.com/pentingnya-sosok-seorang-ayah-bagi-anak-perempuan/
2. https://satujam.com/rindu-ayah/
3. https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/anak-laki-laki-dekat-dengan-ibu/

#HariKe-15
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Wednesday, October 03, 2018

"Reproduksi Sehat & Fitrah Seksualitas pada Anak" #Review Presentasi Hari Ke-14

Keunikan dari Kelas Bunda Sayang Internasional ini adalah siswanya berasal dari berbagai belahan dunia. Tapi kami mengikuti jam belajar waktu Indonesia agar lebih mudah mengambil patokan waktunya. Seperti presentasi kelompok 10 sekaligus kelompok terakhir dikelas hari ini oleh Mba Sophie (Ecuador - Amerika Latin) dan Mba Aninun (Mesir), mereka meminta izin melakukan presentasi pada pukul 01.00 WIB yang mana kalau di Singapura sudah pukul 02.00 WIB. Lalu pagi ini saya penasaran googling perbedaan waktu antara Indonesia dengan Ecuador "Indonesia is 12 hours ahead of Quito, Ecuador" woalahhh ternyata disaat Indonesia sudah pukul 01.00 WIB di Ecuador masih pukul 1pm (setara dengan pukul 13.00 siang WIB). Untungnya Mba Ainun yang berdomisli di Mesir pas presentasi semalam masih pukul 8pm waktu Mesir. Tapi hal-hal seperti ini tidak menghalangi niat para Bunda-bunda hebat ini untuk belajar. Alhamdulillah para Bunda yang berdomisli di wilayah Timur Tengah (KSA dan Qatar) masih bisa menyimak karena baru pukul 10pm disana. Duhh! jadi kepanjangan ya ngebahas perbedaan waktu ini hehehe..
Mba Sophie dan Mba Ainun membahas tentang "Reproduksi Sehat & Fitrah Seksualitas pada Anak". Materi ini baru saya baca di pagi hari setelah semalam sudah tidak bisa menahan kantuk. Materi ini merupakan bagian kecil lainnya dari keseluruhan fitrah seksualitas yang sedang dijalani di level ini.  
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Ketika fitrah ini terjaga sesuai fungsinya, maka ia turut berperan menjaga kesehatan reproduksi secara fisik, mental dan sosial.
Ketika fungsi keluarga berjalan sesuai yang Allah fitrahkan, akan tercipta mawaddah dan rahmah. Kasih sayang dan cinta.
Melihat hasil dari riset tersebut, rasanya memang penting untuk kita mengenalkan fitrah seksual terhadap anak sesuai dengan tahapan usianya dari sedini mungkin.
Karena kita tidak akan bisa terus membersamai anak, sehingga yang perlu kita siapkan adalah membekali mereka dengan ilmu - ilmu yang bermanfaat sehingga mereka siap untuk menghadapi kehidupan sosial kedepannya.
Meskipun norma-norma yang ada di masyarakat sekarang ini mulai banyak yang bergeser, akan tetapi jika kita menerapkan nilai-nilai yang sesuai dengan iman islam di rumah kepada anak sejak sedini mungkin, insya Allah hal tersebut akan tertanam di dalam diri anak sehingga apabila seandainya mereka menghadapi hal-hal yang menyimpang nanti, setidaknya sudah ada ‘alert’ dalam diri mereka untuk merasakan rasa tidak nyaman untuk melakukan atau terbiasa untuk hal-hal tersebut.
Pada usia 7-10 tahun.
Sudah semakin ditekankan mengenai adab izin dan menjaga pandangan.
Jika disiapkan pada usia sbelumnya, tentu lebih baik.
Ajarkan kapan dan bagaimana jika ingin masuk kamar orang tua, maupun saat berkunjung ke orang lain. Dan dikenalkan mana saja aurat yang perlu ditutup. Serta bagaimana menjaga pandangan.
Usia 10-14 tahun.
Adalah usia "rawan", jika anak kurang dekat dengan orang tua, ia akan mencari sumber lain untuk mencari jawaban aas keingintahuannya.
Sehingga selain pentingnya kerekatan hubungan dengan orang tua, perlu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan-kegiatan positif
Masa baligh dan syabab.
Ketika organ reproduksi telah siap dan sempurna, namun belum mampu untuk menikah. Maka perlu dikenalkan adab-adab untuk menjaga "iffah" dan kesucian.
Misalnya dengan berpuasa wija bagi yang muslim.
Secara bahasa wija' artinya : perisai.
Maksudnya puasa bagi yang sudah "kebelet" nikah namun belum sanggup melaksanakannya. Agar dapat menahan nafsunya. Seperti puasa biasa. Hanya niatnya beda; untuk menahan diri dari hawa nafsu.
Anak adalah titipan yang paling berharga bagi kita orang tua. Di hari akhir nanti sudah dituliskan bahwa kita harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita termasuk amanah yang telah dititipkan kepada kita semua.
Maka dari itu kita lah yang paling utama untuk memperkenalkan dan membimbing mereka dalam hal ini. Dan seperti yang sudah dituliskan di slide di atas, jika kita tidak bisa, paling tidak kita bisa meminta tolong orang-orang terdekat yang kita percayai untuk bisa memberikan informasi ini kepada anak-anak kita.
Dulu pertama kali di kenalkan kepada pendidikan reproduksi mungkin hanya saat pelajaran biologi disekolah saja. Dan itupun hanya sekedar fungsi-fungsi reproduksi aja. Saat ini supaya tidak salah kaprah haruslah di berikan penjelasan yang lebih rinci lagi bahwa alat reproduksi bila dipakai tidak sesuai fungsinya akan berbahaya. Pemahaman-pemahaman ini juga ahrus ditunjang dari aspek sosial, mental dan religinya.
Baiti Jannati, rumahku surgaku. Rumah adalah pendidikan yang paling pertama untuk anak-anak kita, sehingga kitalah sekolah terbaik untuk anak-anak kita. Kita yang paling paham akan bagaimana perilaku anak-anak kita, sehingga kita juga lah yang paling mengerti bagaimana menyampaikan informasi kepada anak-anak kita agar mereka paham akan apa yang ingin kita sampaikan dan terapkan kepada mereka.
Dan dalam poin ini sekali lagi ditegaskan bahwa figur Ayah dan Ibu lah yang paling berperan penting dalam menentukan kepribadian anak untuk menjadi laki-laki dan perempuan sesuai dengan fitrahnya.
Namun tidak dapat dipungkiri faktor lingkungan sekarang ini pun sangat mempengaruhi identitas anak-anak untuk kedepannya. Maka dari itu kita harus memberitahukan anak yang mana yang baik dan mana yang buruk.
Contohnya kita sampaikan bahwa laki-laki itu menikah dengan wanita bukan sesama jenis, dikarenakan apabila terjadi pernikahan sesama jenis terus berlangsung maka kehidupan ummat manusia akan punah. Karena tidak akan menghasilkan keturunan.
Dan juga bisa disampaikan dengan cerita-cerita Nabi yang sudah jelas bawa Allah akan melaknat dan membinasakan suatu kaum yang melakukan penyimpangan seksual.
Dengan demikian diharapkan anak-anak kita akan mengerti dan harapan kita semoga mereka bisa menjadi pemimpin yang mengarahkan orang-orang di sekitarnya untuk kembali ke jalan yang benar.
Materi ini di tutup dengan sebuah video yang sebelumnya juga sudah diberikan dari group sebelumnya. Namun harapannya agar semakin akrab di telinga kita untuk mengajarkan anak-anak kita untuk selalu bisa menjaga tubuhnya yang berharga 😊

#HariKe-14
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Tuesday, October 02, 2018

"Fitrah Seksualitas Pada Anak Berkebutuhan Khusus" #Review Presentasi Hari Ke-13

Traffic Whats App malam ini di komputer saya sangat luar biasa, di jam yang sama ada prepare kulwhap Aqil baligh, Kelas Tamyiz, lalu ada 1 Jam Lebih Dekat di WAG IP ASIA dan presentasi kelompok 9. Jadilah saya loncat sana loncat sini, sambil berbagi waktu menemani Agatha belajar nulis Bahasa Indonesia. Kelompok 9 bersama Mba Irma Tazkiyya (Jeddah) dan Mba Winda (USA) mengambil tema lain dari fitrah seksualitas ini. Temanya lebih spesifik dan sangat menarik yaitu: "Fitrah Seksualitas Pada Anak Berkebutuhan Khusus".
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik
Mengapa mereka mengambil tema ini, karena banyak kasus pelecehan seksual yang korbannya adalah anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sangat miris sekali, karena dengan gangguan perkembangannya ini mereka dianggap para pelaku pelecehan sebagai anak yang lemah dan tidak berdaya. Inilah, karena gangguan nya tersebut orangtua lebih berfokus pada peningkatan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bidang lain. Meningkatkan fitrah seksualitasnya kadang terabaikan, padahal mereka lahir sudah terinstal dengan fitrahnya. Beberapa gejala anak berkebutuhan khusus dapat terdeteksi di usia batita karena pada usia 1-3 tahun sedang terjadi perkembangan pesat pada anak. Kita dapat mengetahuinya dengan melihat perkembangan yang tidak berlangsung semestinya. Bisa dengan mengacu pada buku tumbuh kembang anak normal. Ust Harry sendiri pernah menyampaikan bahwa mengenalkan fitrah seksualitas kepada anak bisa dimulai dari saat memberi ASI.
Fitrah seksualitas paling dasar adalah mengenai mengenal gender. Bagi sebagian anak ini sangat mudah untuk diterima. “aku laki-laki, aku perempuan”. Tapi buat sebagian anak berkebutuhan khusus ini butuh waktu untuk memahaminya. Pendidikan tentang sex education juga agak sedikit berbeda dalam pengenalannya dan ini tergantung lingkungannya. Bagi Mba Winda yang tinggal di US, yang dimana-mana hampir serba 'bebas'. Memberi pengertian kenapa ada orang dewasa yang berciuman di tempat umum, harus diberikan sedini mgkin. Karena daripada anak-anak bingung sebaiknya di jelaskan namun dalam memberikan penjelasan harus tetap sesuai dengan usianya. Bisa dengan mengatakan seperti “iya mereka lagi berciuman. Tapi sebenarnya itu private dan hanya boleh dilakukan kalau kita sudah mempunyai hubungan yang sah. (meskipun anak cuma bisa mengangguk). Dan berciuman di ditempat umum itu nggak baik”, atau bisa juga dengan pendekatan agama. Bahwa dalam agama hal seperti itu dilarang karena belum mempunyai ikatan pernikahan yang sah. Memang agak sedikit membingungkan menjelaskan kepada anak usai TK tentang hal ini, kita hanya berusaha tidak memberikan jawaban 'bohong' namun tetap menjawab sesuai dengan usia dan pemahaman si anak.
Nah dalam presentasi kali ini, sex education bagi ABK (maaf semacam autisme misalnya) memang  lebih butuh "effort". Mengapa Pendidikan seksual ini juga penting bagi mereka:
1. ABK rentan menjadi korban kejahatan seksual
2. ABK memiliki hasrat yang sama dengan anak normal
3. ABK yang paham seksual secara setengah-setengah rentan sebagai pelaku
4. Pemahaman seksual yang baik meningkatkan kualitas meningkatkan hidup ABK kelak
Dalam mengenalkan pendidikan seks pada ABK sebetulnya hampir sama dengan anak normal lainnya, hanya saja mungkin dikenalkan dengan lebih jelas dan detail, memberi contoh, menggunakan alat peraga dan menjadikan orang tua atau keluarga sebagai role model. Dan cara mengenalkan fitrah seksualitas kepada ABK ini mungkin bisa dilihat dan dikaji lagi terkait kesiapan dan pemahaman ABK itu sendiri, setiap anak ABK pasti mempunyai tahap kesiapan yang berbeda untuk menerima informasi terkait pendidikan fitrah seksualitas. Karena terkadang ada yang usia biologisnya sudah masuk remaja tapi usia mentalnya masih balita. Balik lagi peran orang tua harus lebih jeli dalam memahami hal ini. Mba Winda sendiri mengemukakan bahwa terkadang beliau membayangkan, anak ABK itu seperti anak yang sedang berada didalam cangkang. Yang pada awalnya kesulitan dalam berbagai hal, tapi begitu cangkangnya pecah, dia bisa tumbuh cepat mengikuti anak normal lainnya juga. Dan bagi anak ABK ini harus di berikan pendidikan yang berulang ulang dan terus-menerus kepada anak sesuai dengan tumbuh kembang dan pemahamannya. Tidak lupa  untuk mengapresiasi bila terdapat kemajuan dalam pemahaman mereka, ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat dan percaya diri si anak.
Dampak yang terjadi bila pendidikan mengenai fitrah seksualitas ini tidak tersampaikan adalah:
1. Anak menjadi kurang percaya diri
2. Mudah dimanfaatkan pelaku kejahatan seksual
3. Membentuk pemahaman yang salah tentang seks
4. Tidak mengenal diri sendiri dan alat reproduksi
5. Penyimpangan seksual
6. Seks bebas
7. Penyebaran penyakit seksual

#HariKe-13
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Monday, October 01, 2018

"Fitrah Seksual dan Gender dalam Pendidikan Anak" #Review Presentasi Hari Ke-12

Sudah sampai di hari ke-12. Dan siang ini disaat hati sedang galau bawa anak lanang ke dokter karena alergi yang ga sembuh-sembuh sampai demam on of - on off  hampir 3 minggu ini, kelompok 8 Mba Icha (Singapore) dan Mba Khalida (KSA) kembali hadir dalam presentasi kelompok yang mengambil tema "Fitrah Seksual dan Gender dalam Pendidikan Anak".
Alasan mereka berdua memilih tema ini sebetulnya lebih karena pressure pribadi buat mencari cara bagaimana membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak mereka. Di samping juga ada perasaan 'parno' kalau-kalau salah langkah. Mengingat peran para ayah yang sedikit sibuk.
Sedangkan Mba Khalida sendiri mengungkapkan pemilihan materi ini karena menangkap adanya kesan kalau saat ini, banyak kalangan yang ingin adanya kesetaraan gender dalam arti kesetaraan yang sama persis antara laki-laki dan perempuan. Padahal dari sisi biologis saja perempuan dan laki-laki jelas berbeda.
Kadang masih banyak yang salah kaprah tentang kesetaraan gender ini, kesetaraan gender malah bisa berakibat kepada arah yang keliru, malah akhirnya menjadi transgender (mereka mengganti jenis kelamin-nya). Dan kasus yang paling ekstrem nya terjadilah kebebasan dalam memilih 'hak' kelamin.
Mirisnya tayangan-tayangan sinetron, film atau talkshow di Indonesia malah membiarkan peran bencong hadir sebagai pelengkap sebuah acara yang mana itu jelas sekali sebuah tontonan negatif yang bisa saja di contoh oleh sebagian anak-anak. Dianggap lucu namun tidak berfikir dampak negatifnya. Yang awalnya hanya peran, kemudian sengaja di bencong-bencongin, akhirnya malah sampe jadi bencong beneran. Astaghfirullah
Jadi perjuangan kesetaraan gender itu sebetulnya dalam Islam sangat tidak diperkenankan, yang awalnya karena ingin adanya kesetaraan gender, kemudian laki-laki dan perempuan akhirnya anggap wajar untuk bertukar peran, sampai bertukar jenis kelamin. Sungguh ini adalah perbuatan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ada sebuah contoh kasus Beaty, seorang laki-laki transgender yang sebelumnya adalah perempuan, lalu setelah mengganti kelamin Beaty ini tetap bisa hamil, yang kemudian di angkat sebagai bentuk keberhasilan perjuangan gender. Padahal pada dasarnya Beaty ini ya memang perempuan. Ya jelas memang bisa hamil donk.. Hal seperti ini di anggap sebuah keberhasilan. Keberhasilan macam apa. Luar biasa sekali ya. Ada cerita lain lagi, seorang anak selama 15 tahun merasa dirinya terperangkap dalam tubuh laki-laki. Lahir sebagai laki-laki lengkap dengan alat kelamin laki-laki, namun sepanjang usia merasa dirinya seorang perempuan. Dan selama 15 tahun orang tuanya memperlakukan dia sebagai perempuan, walaupun tanpa vagina dan payudara. Dengan alasan anak nya lebih nyaman menjadi perempuan, dan hampir mau bunuh diri karena tidak nyaman menjadi anak laki laki. Akhirnya orang tuanya krna takut anak nya bunuh diri lalu membiarkan anak nya untuk menjadi apa yg dia inginkan. Ini jelas salah. Ini sebuah contoh nyata kegagalan dari pembangkitan fitrah seksualitas. Dalam hal ini jelas anak tidak sepenuhnya salah, berkali-kali dijelaskan bahwa sejak di kandungan pun pendidikan tentang fitrah seksualitas ini sudah ada. Orang tua lah yang harus bertugas membentuk dan membangkitkan fitrah tersebut sesuai dengan gendernya, memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Kegagalan ini karena berasal dari faktor internal dan eksternal di dalam keluarga itu sendiri.
Anak-anak yang tercerabut fitrah seksualitasnya bisa mengalami berbagai gangguan kejiwaan hingga penyimpangan seksualitas. Jika kemarin-kemarin ada bahasan mengenai pedhofilia yang sembunyi-sembunyi ketika melancarkan aksinya, ini semakin menyeramkan lagi, LGBT ini sudah terang-terangan menunjuk-kan bahwa mereka layak disetarakan posisinya dengan yang lain. Apalagi sejak pernikahan sesama jenis di legalkan di Amerika Serikat di tahun 2015 lalu, itu seperti membunyikan gong secara bersamaan diseluruh dunia tentang kesetraan para LGBT dimata hukum. Mereka beramai-ramai menyambutnya dengan gembira. Meskipun memang pada kenyataan nya beberapa negara-negara di Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan juga Eropa sudah melegalkan hal tersebut jauh sebelum itu. Mereka menganggap Pernikahan adalah hak konstitusional bagi pasangan sesama jenis. Kami yang tinggal di negara non muslim ini, yang meskipun Singapura belum melegalkan para LGBT ini, tapi mereka juga sudah bebas berkeliaran dan menampak-kan diri dimana-mana tanpa ada rasa malu dan risih.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin luasnya dampak dari isu ini? Tentunya sebagai orang tua kita harus memastikan bahwa anak-anak kita memahami fitrah seksualitasnya. Ketika seseorang memahami maka sepenuhnya dia akan berfikir dan bertindak selayaknya gender yang dimilikinya sejak lahir.
Kembali lagi kepada kita yang sudah menjadi orang tua bagi putra-putri kita. Peran keluarga menjadi poin sentral bagi perkembangan dan pembangkit fitrah seksualitas bagi anak-anak kita. Ayah dan Ibu mempunyai perannya masing-masing dalam fitrah seksualitas ini. Jika anak-anak kehilangan figur ayah atau ibu, kita bisa gantikan dengan paman atau bibi, nenek atau kakeknya, agar mereka tetap mendapatkan figur pengganti dari keduanya.
Nilai-nilai Agama, kesamaan pengertian antara anak dan orang tua, peran orang tua dalam memahami pendidikan seksualitas, peran orang tua dalam membersemai anak-anak, memberikan kasih sayang yang utuh kepada semua anak-anak tanpa membedakan usia dan gendernya, melakukan komunikasi yang baik diantara keduanya, serta membentuk ketahanan keluarga dalam memegang teguh nilai-nilai moral dan agama adalah sebagian dari tugas berat kita para orang tua. Kita lah pemegang kunci dari segala kunci kebaikan dan kebajikan bagi putra-putri kita. Kita lah role model terbaik bagi mereka. Semoga kita dapat mencontohkan segala perilaku baik kepada mereka. Mampu mendidik mereka sesuai dengan fitrahnya. In shaa Allah

#HariKe-12
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas