Sunday, September 30, 2018

"Relasi Anak dan Orangtua dalam Fitrah Seksualitas" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-11

Mari kita simak dua kisah dibawah ini. 
Pada 1993, Pengadilan Negeri Otero menjatuhkan hukuman 275 tahun penjara kepada Pastor David Holley. Dia terbukti bersalah atas tujuh kasus sodomi dan satu kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Menurut pengakuan Pastor David, masih ada puluhan korbannya yang lain yang tak mau bersuara di luar sana.
David Holley telah meninggal tujuh tahun lalu dalam penjara, tapi luka yang ditinggalkan pada korban-korbannya tak pernah benar-benar sembuh.
Gara-gara perbuatan Pastor David, Phil, salah seorang korban, kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan dan gereja. Setelah menjalin hubungan dengan sesama korban, Phil memutuskan mendirikan jaringan korban dan penyintas kekerasan seksual oleh pastor atau Survivors Network of those Abused by Priests (SNAP) di New England.
Phil adalah salah satu narasumber utama penelusuran Spotlight, tim investigasi harian Boston Globe, soal kelakuan tak pantas pastor-pastor di lingkungan gereja Diosis Boston. Tim Spotlight menemukan, lebih dari 70 pastor di Diosis Boston pernah terlibat dalam penganiayaan atau kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Ada lagi cerita lain tentang Daniel (bukan nama sebenarnya)
Seorang yang bekerja sebagai terapis di penjara, bertemu dengan Daniel dan melakukan konseling. Dari sesi konselingnya bersama Daniel, terapis menemukan fakta bahwa pelaku pemerkosaan atau pelecehan seksual pada anak tidak selalu bersembunyi di semak-semak, atau menyerang secara tiba-tiba. Justru sebaliknya, pelaku terlebih dahulu berteman dan membangun kepercayaan korbannya, sehingga korban bersedia melakukan apa saja yang diinginkan si pelaku.
Daniel menceritakan pada sang terapis, pertama kali dia melakukan pelecehan seksual saat dirinya berusia 7 tahun. Di sana ia berhasil membujuk seorang anak lelaki berusia lima tahun masuk ke dalam gudang bersamanya, kemudian menyuruh anak tersebut untuk membuka celananya di depannya. Daniel mengaku, meski tidak melakukan kontak fisik. Dirinya merasakan kenikmatan saat melihat anak kecil itu membuka celana, dia merasa senang membuat anak itu telanjang di hadapannya. Tapi tidak semenyenangkan saat anak itu pertama kali berusaha membuka celana.
Latar belakang keluarga Daniel termasuk normal, dia adalah bungsu dari tiga bersaudara. Berasal dari keluarga menengah pekerja, Daniel tak pernah mengalami kekerasan seksual.
Keluarga Daniel termasuk dingin dan jarang menampakkan kasih sayang, pola komunikasi mereka berpusat pada latihan intelegensi dan tata krama. Tidak ada sesi curhat, maupun berbagi perasaan dan perhatian yang seharusnya dilakukan oleh sebuah keluarga.
Saat Daniel memasuki usia sekolah, ia terkejut dengan menghadapi dunia yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini dikenalnya. Daniel menemukan kenikmatan dalam masturbasi.
Daniel melihat orang lain sangat berbeda dengan dirinya, namun Daniel juga menikmati saat ia bisa bermasturbasi bersama anak lelaki lain. Saat sedang bermasturbasi sambil bercumbu dengan temannya, ia tertangkap basah dan dilaporkan ke orangtuanya.
Ibu Daniel merasa sangat marah, dan untuk pertamakalinya Daniel melihat ibunya menampakkan emosi. Ibu Daniel membawa Daniel ke kamar mandi dan berusaha membasuh tubuh Daniel dari ‘kotoran’. “Hanya orang-orang miring, sakit dan jahat yang melakukan hal-hal seperti itu!” teriak ibunya.
Daniel mempelajari hal-hal yang membuat targetnya merasa rapuh, sehingga mereka selalu datang pada Daniel untuk curhat dan mengeluh mengenai masalah keluarga mereka. Dalam sesi curhat tersebutlah, Daniel melakukan aksi kejahatannya, dengan terlebih dahulu membujuk si anak agar mau melakukan hal tersebut dengannya.
Daniel tertangkap setelah seorang ibu melihat foto polaroid anaknya dalam posisi berhubungan seksual dengannya dan melaporkannya, setelah itu korban-korban lain juga datang untuk mengajukan tuntutan, Daniel dinyatakan bersalah dengan hukuman berurut tanpa ada pembebasan bersyarat.
_________
Salah satu tulisan di atas adalah sepenggal kisah tentang penyimpangan fitrah seksualitas di kalangan para agamawan. Mereka adalah orang yang sesungguhnya ingin hidup sepenuhnya melayani Tuhan pada awalnya, namun karena menyalahi fitrahnya maka kasus Pedofilia marak di kalangan rohaniawan ini.
Penyimpangan fitrah seksualitas diakibatkan karena fitrah ini tidak mendapat saluran yang benar. Pola hidup yang mengharamkan menikah atau sebaliknya pola hidup yang mengumbar seks, sama sama melahirkan penyimpangan seksual, diantaranya adalah pedofil, atau pelecehan seksual pada anak. Mengapa anak? Korban penyimpangan seksual yang paling rentan dan mudah tentu makhluk yang paling lemah dan mudah diperdaya yaitu anak anak.
Mohon maaf, bukan hanya di Gereja saja, kasus penyimpangan seksualitas berupa pelecehan seksual atau sodomi juga terjadi di boarding school, atau sekolah berasrama atau pesantren.
Anak anak yang dikirim ke asrama sebelum aqil baligh atau dikirim terlalu cepat sebelum fitrah seksualitasnya tumbuh paripurna, sangat rentan mengalami penyimpangan seksualitas. Perilaku penyimpangan fitrah seksualitas ini, nampak dari para senior yang baru memiliki “kekuasaan” untuk memaksa para junior nya yang menjadi tanggungjawabnya.
Kasus Sodomi para senior kepada junior terjadi di Pesantren dengan istilah Mairil, namun memang kasusnya disimpan ke bawah karpet rapat rapat, karena nama baik. Para Junior yang menjadi korban jelas tidak berani melapor.
Di sisi lain, para Junior memiliki masalah pada fitrah individualitasnya yang juga belum tumbuh, sehingga mereka rentan dibully dan tidak berdaya dipaksa.
Lalu bagaimana agar anak anak kita terhindar dari kasus penyimpangan fitrah seksualitas ini baik sebagai pelaku maupun sebagai korban?
Tentu saja fittah seksualitas dan fitrah individualitas mereka harus dididik dan ditumbuhkan dengan sebaik baiknya melalui kelekatan yang mendalam bersama para orangtuanya sejak tahapan usia 0- Aqilbaligh di usia 15 tahun.
Kelekatan yang baik dari ayah dan ibu inilah yang kelak menumbuhkan fitrah seksualitasnya dengan paripurna dan berjalan sebagaimana perannya yaitu menjadi lelaki dan ayah sejati bagi anak lelaki, serta menjadi perempuan sejati dan ibu sejati bagi anak perempuan. Fitrah seksualitas yang tumbuh baik sesuai tahapannya dipandu agama yang fitri akan membuat mereka kelak beradab pada pasangan dan keturunannya.
Kepercayaan orangtua dengan memberi ruang bagi ego anaknya ketika anak anak, juga peran strategis ayah yang penting memberikan suplai “ego” kelak akan menumbuhkan fitrah individualitasnya dan fitrah sosialitasnya, yang memberikan kemampuan yang baik dalam kepercayaan diri dan bersosial di masyarakatnya untuk tidak mudah menjadi korban bully maupun pelecehan seksual.
Jika fitrah ananda tumbuh paripurna, maka mereka kelak seperti ikan hidup di laut. Lihatlah, selama bertahun tahun asinnya air laut tak mampu mengasinkan ikan hidup, karena mereka hidup. Namun ikan mati akan segera menjadi ikan asin dalam rendaman air garam dalam beberapa saat.
Tentu saja pada akhirnya kita serahkan semuanya kepada Allah SWT, sebagaimana kita yakin untuk menumbuhkan karunia Allah berupa fitrah ananda.
Sama halnya dengan kasus Daniel, Kisah Daniel, menjadi peringatan bagi semua orangtua, agar selalu menjadi teman dekat bagi anak. Bila kita memiliki keterbukaan pada anak, tentunya dia akan selalu menceritakan apa yang terjadi padanya di luar rumah, termasuk bila ada orang yang berlaku tak senonoh padanya.
Relasi antara anak dan orangtua seharusnya bisa menjadi seperti sahabat, anak seringkali mencari teman bicara di luar karena merasa tidak mempercayai orangtuanya. Karena itu, berusahalah mendengarkan anak.
Sekonyol apapun cerita mereka, meskipun rahasia yang mereka ceritakan sangat sepele, tetap dengarkan dia. Dari hal-hal sepele tersebut, anak akan mempercayakan rahasia besarnya pada kita dan akan memudahkan kita memberi penjagaan mental saat anak tidak berada di dekat kita.
Bangun kepercayaan dengan anak, beri ia perhatian yang cukup sehingga ia tidak akan mencari perhatian di tempat lain. Siapapun bisa menjadi korban, orang di sekitar kita bisa menjadi pelakunya.
Namun Anda tak perlu menjadi paranoid, tetap awasi anak namun tidak mengekangnya. Beri ia pengertian dan pendidikan seksual sejak dini, bahwa tidak ada siapapun yang boleh menyentuh bagian intim tubuhnya dengan alasan apapun.
Yuk tetap rileks dan optimis menumbuhkan fitrah seksualitas anak-anak kita.
#HariKe-11
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Saturday, September 29, 2018

"Mengarahkan Kecenderungan Seksual Anak" #Review Presentasi Hari Ke-10

"Mengarahkan Kecenderungan Seksual Anak" adalah pilihan tema kelompok 7 hari ini. Mba Mescha (Singapura) dan Mba Eva (Jepang). Tema ini bersumber dari buku Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak.
Mereka membahas poin-perpoin kaidah-kaidah Rasullullah dalam mengarahkan kecenderungan seksual anak.
Masalah seksual membutuhkan pengarahan, bukan pembentukan atau pembangunan. Sebab, hal ini sudah tertanam dalam diri manusia. Maka, perlunya mengarahkan kecendrungan seksual merupakan aktivitas pendidikan.
Pendidikan sesksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku seksualitas, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan masyarakat.
1. Melatih anak meminta izin ketika masuk rumah atau kamar orangtua
➡ Al Quran menentukan 3 waktu dimana anak-anak harus minta izin untuk masuk kamar orangtuanya yakni: sebelum shalat Subuh, waktu tidur siang, dan setelah shalat Isya. Juga sampai mendekati usia baligh, anak-anak harus minta izin orang tuanya untuk masuk kamar di semua waktu ketika mendapati pintunya tertutup. Tujuannya supaya pandangan anak-anak tidak jatuh pada aurat keluarganya.
➡ Kedua orang tua juga wajib menutup aurat mereka setiap saat di hadapan anak untuk membantu mengalirkan naluri seksual secara alami.
➡ Ayat Al Quran yang memberi perintah : QS An Nur (24) : 58 - 59
58. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki,dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
59. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
2. Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat.
➡Apa yg dilihat oleh anak akan terpatri diingatannya dgn kecepatan signifikan. Dengan menundukkan pandangan dari segala aurat baik di dlm atau di luar rumah, maka ini akan mewariskan iman yg di dapati oleh anak di dlm hatinya. Pentingnya menundukkan pandangan ini diakui oleh seorang ilmuwan dr Jerman bahwa kebiasaan menundukkan pandangan adalah solusi bagi kerusakan perilaku seksual. Dan untuk menutup aurat seorang anak sudah mulai dibiasakan ketika bersamaan dengan pertama kali diperintahkan untuk mengerjakan sholat.
➡Ayat Al Qur’an yg memberi perintah : Q.S. An Nur [24] : 30
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
3. Memisahkan tempat tidur anak
➡ Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan : Rasulullah SAW bersabda
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia 7 tahun, dan pukullah mereka untuk shalat pada usia 10 tahun, serta pisahkanlah tempat tidurnya".
➡ Yang dimaksud dengan 'memisahkan tempat tidur anak-anak' adalah 2 orang anak atau lebih tidak tidur dalam satu selimut dan dalam satu tempat tidur. Apabila dalam satu tempat tidur dengan selimut terpisah tidak apa-apa, makin jauh makin baik.
Pemisahan dilakukan saat anak-anak mencapai usia 10 tahun, yaitu saat naluri seksual sedang mulai tumbuh.  Menginjak usia remaja, dikhawatirkan dapat menyebabkan timbulnya syahwat. Tidur dalam 1 selimut dapat menyebabkan naluri seksual anak tumbuh lebih cepat dan tidak dapat disalurkan selain dengan cara yang salah.  Trik awalnya bisa dimulai dari membedakan selimutnya dulu, jangan biarkan tidur dalam 1 selimut. Dan mengenai pemisahan tempat tidur anak ini bisa dimulai seperti  perintah sholat, tepat nya di usia 7 tahun  namun bisa di latih sebelum usia tersebut.
➡ Mengikuti sunnah Rasullullah SAW dengan tdr miring ke kanan akan menjauhkan anak dr banyak penyelewengan seksual ketika tidur. Rasullullah SAW menegaskan bahwa tidur terlentang adalah tidur setan. Dan tidur tengkurap akan menyebabkan sering terjadinya pergesekan pada organ reproduksi sehingga dpt membangunkan syahwat. Para dokter pun sangat menyarankan untuk tidak tidur tengkurap.
5. Menjauhkan anak dari ikhtilat bersama lawan jenis
➡ Makna ikhtilat adalah pencampuran antara lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya. Ikhtilat memungkinkan terjadinya hubungan yang diawali dari pandangan mata, isyarat maupun bercakap2. Tidak mencampurkan anak laki-laki serta perempuan terutama di usia pre-baligh serta baligh merupakan salah satu cara untuk menghindari dorongan seksual.
Cara memisahkan sekolah bagi putra dan putri, yang laki-laki bersekolah di sekolah khusus laki-laki, begitu juga sebaliknya yang perempuan bersekolah di sekolah khusus perempuan. Namun sebetulnya menggabungkan anak-anak dalam satu sekolah antara laki-laki dan perempuan pun bukan hal buruk, justru ini menjadi cara orang tua untuk mengenalkan konsep muhrim juga tentang ikhtilat bersama lawan jenis. Beberpa orang tidak mengambil tindakan untuk memisahkan sekolah anak-anak  tapi mengambil cara dengan  membatasi pergaulan, pertemanan yang dirasa berlebihan seperti misal tidak boleh sleepover ramai2 dengan teman laki2 sekamar atau main dengan teman-teman tetap harus  dalam pengawasan/diawasi agar tidak timbul eksplorasi-eksplorasi yang aneh-aneh.
➡ Contoh kasus dari hasil penelitian J. Lindsay dalam buku The Uprising of a New Generations:
▫255 dari 311 gadis telah mencapai baligh di usia 11 - 13, serupa seperti gadis usia > 18 tahun
▫ Di Baltimore, dalam 1 tahun terdapat lebih dari 1000 kasus pelecehan terhadap perempuan < 12 tahun
▫ 45% perempuan usia sekolah di Amerika telah hilang keperawanannya sebelum lulus
6. Mengajarkan kewajiban mandi janabah ketika anak mendekati baligh
➡ Ketika sudah diperkirakan dekatnya waktu usia baligh sang anak, pada saat itulah orang tua wajib mengajarkan kewajiban mandi junub berikut sunnah-sunnahnya. Juga tentang sebab-sebab mengapa harus mandi wajib, dan zat yang keluar dari kemaluan beserta warnanya.
7. Menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya zina ketika anak mendekati baligh
➡ Ayat Al Quran yang memberi perintah: QS An Nur.
➡ Anak diajari Surah An Nur yang di dalamnya terkandung ajaran tentang pembentukan akhlak, pengarahan kecenderungan seksual, dan peringatan dari berbuat zina.
➡ Penjelasan disesuaikan dengan kondisi negara menetap, apakah tinggal di negara liberal yang semuanya serba bebas atau tinggal di negara Islam terjaga. Apakah tinggal bersama keluarga penuh dengan nilai Islami atau keluarga yang serba bebas.
8. Menganjurkan pernikahan dini pada anak.
➡ Keburukan pernikahan dini pada zaman modern, tetap saja kebaikan jauh lebih baik. Khususnya apabila disertai dgn usaha untuk mengamakan finansial dlm keluarga, baik untuk membantu orang tua, maupun untuk membantu si pemuda untuk mendapat pekerjaan yang layak. Penyakit kejiwaan dan sosial dalam masyarakat  serta berbagai peristiwa kriminal yg terjadi tdk lain merupakan akibat tdk lazimnya dr memperlambat pernikahan.
Sebagai orang tua juga, kita harus perkuat dengan materi-materi/ilmu-ilmu lain dari pendidikan seksual itu sendiri, supaya tidak asal bilang 'jangan'. Setidaknya anak sudah punya defense yang cukup kuat untuk menolak atau tahu untuk bertindak apa. Itulah gunanya step by step jenjang sosialisasi pendidikan seksual sesuai usia anak. Jadi dapat disimpulkan dalam tema ini Mba Mescha dan Mba Eva mencoba memadukan teori ala Rasulullah dan Quran dengan Teori Psikologi modern. Pola pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah terlihat sederhana, namun dengan sistem pendidikan itu lah lahir yang disebut dengan generasi terbaik (salafussalih). "Keberhasilan dan kejayaan pendidikan Rasulullah disebabkan oleh karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umat nya. Rasulullah adalah Al Quran yang hidup artinya pada diri Rasulullah tercermin semua ajaran Al Quran dalam bentuk nyata". Al Quran sudah sangat sempurna mengajarkan pendidikan sesksual sejak kita berada di dalam kandungan. Sebagai muslim, sudah sepatutnya kita menjadikan Al Quran sebagai sumber terbaik dalam menjalani segala aspek kehidupan termasuk dalam pendidikan seksual ini, karena semua nya sudah nyata dan jelas tertulis di dalam Al Quran. Maha Benar Allah dengan segala fiman-Nya

#HariKe-10
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Friday, September 28, 2018

"Pengetahuan Seks adalah Tabu: Bikin Malu Sekaligus Penasaran" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-9

TECHsex Youth Sexuality and Health Online, sebuah studi nasional yang meriset dan mempelajari perihal teknologi, anak muda, dan kesehatan seksual menyatakan bahwa dari 1500 responden anak usia 13 sampai dengan 24 tahun, hanya terdapat 7 persen saja yang merasa keluarga adalah tempat belajar efektif mengenai seks, seksualitas, dan kesehatan reproduksi. Dalam laporan penelitian yang diterbitkan tahun 2017 tersebut, disebutkan bahwa media online berupa Google dipilih sejumlah 21 persen koresponden sebagai tempat paling efektif dalam belajar perkara tersebut.
Dibanding dengan media online lain, Google menempati posisi pertama. Sebanyak 62 persen menyebut Google sebagai situs paling banyak diakses anak muda untuk bertanya mengenai informasi kesehatan reproduksi. Di tempat kedua ada platform YouTube sebanyak 38%, WebMD sebanyak 31 persen, dan Facebook sebanyak 21 persen.
Beberapa kisah yang pernah saya baca bahwa bahkan sampai hari ini banyak orang tua yang baru menyadari betapa buruknya cara orangtua jaman dulu membahas soal seks. Misalnya, setiap nonton film yang ada adegan ciuman, mata si anak ditutup tanpa diberikan penjelasan kenapa si anak tidak boleh lihat.  Sementara pendidikan seksual sudah semestinya diberikan secara bertahap, bahkan sejak anak masih balita. Tentunya sesuai dengan porsinya
Ada juga kisah lain ketika seorang anak berusia 5 tahun menemukan majalah porno di rumahnya. Sang Ibu malah kelihatan marah, tetapi tak menjelaskan kenapa dia marah.
Dua contoh kisah diatas seharusnya menjadi hal yang harus digaris bawahi oleh para orang tua. Jika suatu hari kelak anak-anak lebih nyaman mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas melalui internet.
Tabu dan perasaan tak nyaman membahas soal seks dengan orang-orang terdekat bukan hanya di Indonesia, di negara maju macam Inggris pun pembahasan mengenai kesehatan reproduksi beserta relasi masih dipandang sebelah mata atau bahkan mengundang pendapat kontra.
Tahun 2011, BBC merilis berita berisi hasil survei yang diselenggarakan situs BabyChild terhadap 1.700 orangtua anak usia 5-11. Sebanyak 59 persen dari mereka tak setuju dengan pendidikan seks untuk anak dengan alasan tidak pantas menyampaikannya kepada para buah hati mereka.Keadaan lingkungan yang tidak cukup mendukung anak untuk mengakses pendidikan seks tak pelak membuat mereka mencari jalan alternatif seperti internet pada masa kini. Sebagian mengakses pornografi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan seksualitasnya, sebagian lainnya memilih menelusuri Google maupun youtube.
Memang mungkin tidak ada salahnya mencari informasi di internet, yang menjadi permasalahan adalah konten yang muncul terkadang 100% tidak memiliki filter yang semestinya Alih-alih mendapat informasi yang akurat soal reproduksi dan relasi, anak bisa kian tersesat akibat membaca sumber-sumber sembarang termasuk pada akhirnya menonton video-video yang tidak semestinya mereka lihat pada usia dini.
Namun negara-negara berkembang mulai mengusulkan agar pemerintah setempat bekerjasama dengan provider untuk mematikan konten-konten yang berbau seksual dan pornografi, ada juga yang mengusulkan membuat database nasional database nasional terkait situs yang mengangkat isu seks dengan tujuan menghindarkan anak-anak dari paparan informasi yang tidak aman dan tidak kredibel. Selanjutnya mereka  merekomendasikan dibuatnya pendidikan seks online.
Seperti salah satu situs pendidikan seks yang ditujukan untuk remaja, Sexetc.org ini tidak hanya menyuguhkan informasi dan membagikan pengalaman orang-orang terkait tubuh seperti KB, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, kehamilan, tetapi juga soal orientasi seksual, kekerasan, hingga soal pacaran.
Harapannya adalah dengan adanya pendidikan seks online ini, anak bisa merasa lebih aman dan nyaman membicarakan perkara seksualitasnya secara privat dan mendapat saran dari pakar di situs yang nantinya disortir pemerintah. Akan lebih baik lagi jika anak dan orang tua bisa duduk bersama melihat dan membuka situs tersebut sambil berdiskusi agar pemahaman yang anak terima bisa lebih baik lagi.
Kembali lagi, bagaimana disini peran penting para orang tua agar semakin 'melek' dalam memahami ilmu tentang pendidikan seksualitas dan tidak lagi merasa tabu untuk menjelaskan nya kepada anak-anak sesuai dengan porsi usia mereka yang seharusnya.
Jangan sampai kelak persoalan tabu ini malah membuat anak semakin penasaran sehingga berdampak hanya sebagai sebuah wacana yang menggaungkan kata tabu. Ya...
Tabu untuk Dibicarakan, Tapi Tak Tabu untuk Dilakukan
itu kan lebih menakutkan lagi bagi para orang tua. Amit-amit. Nauzubilahimindzalik.

Referensi:
https://tirto.id/pengetahuan-seks-adalah-tabu-bikin-malu-sekaligus-penasaran-cEHw
https://tirto.id/mewaspadai-google-sebagai-sarana-pendidikan-seks-anak-anak-ct7y

#HariKe-9
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Thursday, September 27, 2018

"Konsep Diri Anak dan Fitrah Seksualitas" #Review Presentasi Hari Ke-8

Materi yang disampaikan oleh Mba Anindita Tantri (Swiss) dan Mba Dessy Listya (Korea Selatan) di kelompok 6 ini membuat saya mengucapkan lagi-lagi "Alhamdulillah". Dapat ilmu baru lagi malam ini. Apa yang mereka sampaikan malam ini juga saya alami, dan tentunya karena kurangnya ilmu dan pemahaman tentang hal ini membuat saya syok, takut dan ngeri. Lalu mulai berpikiran yang tidak-tidak.."duh kenapa ya? duh jangan-jangan" eh ini normal ga sih? gimana ya ngejelasinnya?" serta berbagai macam pikiran yang berkecamuk di dalam hati saya.
Saya suka sekali pemaparan yang mereka sampaikan melalui slide video yang akan saya copas kesini. Menurut saya cara-cara menyampaikannya sangat bagus dan runut, mudah sekali di ATM kan. Materi malam hari ini lebih menekankan kepada konsep diri terkait fitrah seksualitas anak. Karena konsep diri itu sendiri sebenernya sangat luas.
Selain  memahami ilmu-ilmu dalam pendidikan seksual pada anak, orang tua juga dituntut harus memahami konsep diri anak, khususnya konsep diri anak terkait dengan fitrah seksualitas.
Pada materi yang di kemas ini ternyata fase seksual anak itu bertahap. Fase ini menajdi basic sebelum orang tua memulai pendidikan seksual pada anak.
Fase oral (0-1 thn)
Fase anal (1-3 thn)
Fase phalic (3-6 thn)
Fase latency (7-10 thn)
Fase genital (10-15 thn)
Dari karakter setiap fase itu ternyata pendekatannya berbeda-beda.
Fase oral itu kebutuhan anak berpusat di mulut. Yaitu kebutuhan makan dan emosi atau kasih sayang
Fase kedua yaitu fase anal, perasaan dan kebutuhannya berpusat di daerah anal. Ini merupakan saat yang tepat anak belajar potty training.
Fase berikutnya yaitu fase phalic anak mulai suka memainkan alat kelamin. Anak perlu tahu dengan jelas perbedaan laki-laki dan perempuan. Bagaimana mereka bersikap berpakaian dan berpeeran.
Fase selanjutnya adalah fase latency yaitu kebutuhan seksual anak tidak terlihat lagi. Mereka fokus pada kebutuhan fisijk dan intelektual yang disalurkan lewat olahraga dan sekolah.
Dan yang terakhir fase genital, anak sudah menyukai lawan jenis. Ada kebutuhan untuk mengasihi dan mencintai lawan jenis.
Dengan mengetahui tahapan ini diharapkan orang tua juga bisa proposional dalam mengedukasi anaknya. Dan bersikap tidak berlebihan seperti panik dan marah saat melihat anak laki-lakinya sedang memainkan (maaf) alat kelaminnya.
Sedangkan konsep diri itu sendiri adalah image diri bagaimana anak melihat dirinya dan bagaimana dirinya ingin dilihat orang lain. Konsep diri anak yang dibentuk sejak dini juga menguatkan konsep dirinya dikemudian hari.
Dengan memahami konsep diri anak terkait fitrah seksualitasnya, maka orang tua dapat bersikap dan memberikan stimulasi yang tepat pada anak. Dalam Islam juga ternyata konsep diri ini sangat berkaitan erat dengan fitrah seksualitas yang sudah seharusnya di ajarkan sejak di dalam kandungan.
Konsep diri anak terkait dengan fitrah seksualitas dalam Islam ini pun dapat mulai kita ajarkan dan terapkan seperti:
1.   Memberikan nama yang baik sesuai dengan gendernya.
2.   Mengajarkan toilet training pada anak.
3.   Mengkhitan dan mengajarkan thaharah, menjaga kebersihan alat kelaminnya.
4.   Menanamkan rasa malu pada anak.
5.   Melarang anak laki-laki menyerupai anak perempuan.
6.   Pengajaran pendidikan sex lewat sholat.
7.   Memisahkan tempat tidur anak dan melarang anak tidur tengkurap.
8.   Mengenalkan waktu berkunjung ke kamar orang tua (meminta izin dalam 3 waktu)
9.   Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan
10. Meminta anak perempuan untuk berhijab saat mereka baligh.
Saya juga pernah melihat Agatha di usia 5 tahun (maaf) memainkan alat kelaminnya, yang pada saat itu karena keterbatasan ilmu, saya tegur karena saya juga risih melihatnya. Bahkan sebelum dia tertidur atau ketika bangun tidur dia memegang alat kelaminnya. Alhamdulillah materi malam ini cukup menenangkan perasaan saya, bahwa ternyata Agatha berada pada Fase Phalic (usia 3-6 tahun). Anak-anak belum mempunyai fantasi seperti orang dewasa. Tapi ini adalah cara mereka  untuk mengidentifikasi jenis kelamin-nya Termasuk dengan cara memegangnya. Ternyata cara mengatasinnya serta memberi pemahamannya tidak dengan dilarang keras, tapi di arahkan lalu di alihkan dengan kegiatan seru seperti bermain bersama, membaca buku atau olah raga. Sebagai orang tua kita juga bisa ajak ngobrol si anak sekalian menjelaskan sedikit, itu apa dan fungsinya untuk apa. Meskipun mungkin anak belum memahami, tapi jangan bosan untuk mengulangi, orang tua harus lebih sabar dalam menjelaskan kepada anak-anak. Buku juga bisa menjadi media yang bagus untuk dapat menjelaskan dengan lebih baik lagi apa itu alat kelamin serta fungsi-fungsi dari alat kelamin itu sendiri. Karena bila kita mampu menjelaskan kepada anak dengan lebih jelas maka anak akan semakin tidak menjadi bias untuk mampu mengidentifikasi dirinya. Interaksi yang berulang-ulang juga dengan anak secara sadar dan tidak sadar sangat bagus untuk mentransfer value yang kita harapkan juga sebagai pembentukan karakter si anak.
Dari obrolan ini dapat kita ketahui ternyata pendidikan seks itu memang harus dimulai dari dini bahkan dari dalam kandungan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bisa kita mulai dengan memberi nama sesuai gender-nya, memakaikan baju sesuai jenis kelaminnya. Dengan begitu semakin jelas bagi anak dalam mengidentifikasi dirinya sendiri. Di dalam Islam pun  ternyata juga sudah sempurna dalam memberikan solusi untuk mengetahui edukasi seks sejak dini ini.
Harapan dari apa yang disampaikan pada presentasi malam ini adalah agar kita bisa lebih tepat menstimulus anak khususnya fitrah seksualitas sesuai tahap tumbuh kembangnya 😍. Waspada tentu saja penting tapi jangan sampai menghilangkan nikmatnya berinteraksi, membersamai dan bermain bersama anak-anak kita. Dan sekali lagi, jangan lupa juga sebelum kita mengedukasi anak-anak tentang seks, kita harus paham dulu konsep diri anak, menanamkan konsep diri yg baik sejak dini bisa membuat anak lebih percaya diri dan menghargai dirinya sendiri termasuk takdirnya menjadi laki-laki atau perempuan. Terimakasih untuk presentasinya Mba Anin dan Mba Dessy 😊😊

#HariKe-8
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Wednesday, September 26, 2018

"Peran Ibu dalam Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak" #Review Presentasi Hari Ke-7

Presentasi hari ke-7 malam ini digawangi oleh kelompok-5 bersama Mba Devi (Singapura) dan Ghea (Jepang). Dan lagi-lagi mereka mengambil tema yang lebih kecil dengan mengerucutkan kembali tema besar dari fitrah seksualitas ini yaitu "Peran Ibu dalam Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak. Kenapa harus Ibu, kenapa bukan Ayah, pertanyaan inilah yang terbersit dalam pikiran saya. Ya jelas, karena:
الأم مدرسة إذا أعددتها
أعدت جيلا طيب الأعراق
Ibu adalah madrasah jika kamu menyiapkannya
Maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik
Hakikat inilah yang menjadi pijakan bagi kita para Ibu, bahwa  ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Pemaparan Mba Devi dan Mba Ghea malam ini dapat dilihat kembali pada slide presentasi mereka diatas. Sesuai gender yang diberikan oleh Allah SWT, sejak lahir anak-anak kita di anugerahi Fitrah Seksualitas yang membuat mereka mampu bertindak, merasa, bersikap dan berfikir. Tugas kita sebagai orang tua terutama Ibu untuk memberikan berbagai pemahaman fitrah seksualitas tersebut kepada mereka dengan cara:
1. Membantu memahami Jenis kelamin (gender)
2. Mengajarkan anak-anak memahami peran sesuai dengan gendernya.
3. Membantu mengenal anggota tubuh dan bagian pribadi
4. Menyadari bahwa dirinya dan tubuhnya berharga.
5. Membantu terhindar dari perilaku sesksual menyimpang
6. Membantu terhindar dari kejahatan seksual
7. Membantu melindungi diri mereka dari kejahatan seksual
Fakta-fakta yang dikeluarkan oleh WHO juga sangat mencengangkan. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita, "Mengapa anak-anak mudah sekali menjadi korban dari kekerasan / kejahatan seksual?"
Jawabannya ada pada anaknya, karena sebagai pihak yang lemah, kecil tidak berdaya, polos, terlalu mempercayai dan tunduk pada orang dewasa, atau memiliki rasa ingin tahu tentang tubuhnya, sampai kepada ketidaktahuan mereka tentang tubuh mereka sendiri. Atau pada kita sebagai orang dewasa (orang tua) yang belum sepenuhnya memberi pemahaman secara benar tentang fitrah seskualitas ini.
Bahkan survei membuktikan di negara berkembang sekelas USA yang kita anggap sudah bebas saja masih  banyak orang tua yang “tabu” dibandingkan yang terbuka untuk membicarakan hal-hal tentang seksualitas. Sehingga dapat mudah di tebak anak-anak mencari sendiri dengan cara mereka sendiri. Tanpa pedoman yang jelas, tanpa edukasi seksual dalam koridor yang benar.
Pernah ga sih kita tiba-tiba mendengar anak-anak kita bertanya pertanyaan-pertanyaan ajaib seperti:
“adek bayi keluarnya dari mana siih??” Atau “aku pingin punya adik.. gimana cara buatnya?”
“Bunda.. kenapa sih kalau malam2 suka keluar kamar sama Papi???”
atau pertanyaan tentang, "punyaku dengan punya Mama dan Papa sama ga? (Maaf alat kelamin).
Kadang sebagai orang tua, kita syok, karena ada beberapa hal  mengapa  kita  kaget, kehilangan kata menghadapi  pertanyaan anak anak kita.
1. Tidak menyangka bahwa anak sekarang menanyakan hal itu secara sangat berani dan pada usia yang lebih muda.
2. Tidak menyiapkan diri  untuk  membicarakan hal ini  atau menjawab pertanyaan .
3. Tidak terbiasa dialog dengan anak, yang umumnya dilakukan adalah :perintah dan larangan saja
Bila  poin 1 dan 2 belum siap maka berimbas pada poin 3 perintah dan larangan
“Udah jangan tanya lagi, masih kecil” atau “Kok kamu ngomong gak sopan”
Hal ini akhirnya membuat anak-anak mencari jawaban dari orang selain orang tuanya. Atau mencari sendiri jawabannya. Ini malah semakin fatal bukan??
Berikut ada tips-tips dari Ibu Elly Risman tentang bagaimana cara dan respon kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib dari anak-anak kita tersebut.
1. Tenang,  tarik nafas dalam dalam  kalau perlu beberapa kali tapi kalau bisa jangan sampai terlihat oleh anak seperti orang yang terkena ‘serangan asthma mendadak’😂😂😂.
Dengan begitu in sha Allah anda terhindar dari  berbagai emosi negatif   seperti  yang  sudah disinggung diatas. Kalau anda  bereaksi dengan emosi negatif, saya kawatir anda mematikan  hasrat anak  untuk bertanya lain kali. Padahal keberanian itu amat sangat penting bagi perkembangannya dan  pengendalian  serta  pengarahan anda sebagai orang tua.
2. Rileks, katakan dalam hati:”Anakku  berkembang, rasa ingin tahunya  meningkat, aku harus memenuhi kebutuhannya”.
3. Senyum , pandang mata  kalau perlu tepuk bahunya ,  untuk meyakinkannya dia punya hak untuk bertanya.
4. Katakan apa yang anda rasakan:”Kaget ( atau shock,bingung, gak sangka  ayah/mama sama pertanyaan mu itu!”
Dengan melakukan point 1- 4 insha Allah anda telah terhindar dari  kemungkinan memberikan  jawaban yang tidak tepat atas pertanyaannya  itu dan member anda waktu untuk berfikir.
5. Lihat kedalam diri anda, apakah ada sanggup menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan tepat  saat itu juga atau tidak.
6. Kalau anda memutuskan untuk TIDAK, maka katakan: ”Hm.. karena pertanyaanmu mendadak, ayah/mama  belum sempat menjawabnya sekarang. Maafin ya. Berikan ayah/mama waktu untuk beberapa hari . Sekarang hari  Senin..hm.. Insha Allah Rabu sore ya..ayah/mama akan jawab” . Tentu jangka waktu ini tergantung kesediaan waktu anda untuk mencari jawaban yang tepat.
7. Tiba harinya, please: jangan belagak lupa!. Kalau belum siap, sampaikan saja dan atur waktu berikutnya.
8. Kalau anda  memutuskan  menjawab hari itu juga  tolong cek PEMAHAMAN  anak. Ini sangat penting unuk mengetahui apakah anak benar benar tidak tahu  atau dia NGETEST anda dengan apa yang dia sudah tahu.  Kalau anda tidak benar menjawabnya, dia akan tertawakan anda dengan teman-teman-nya!.
9. Tangkap inti pertanyaan! Karena  kaget  dan panik biasanya orang tua tidak sempat menangkap apa inti dari pertanyaan anak. Makanya untuk meyakinkan, tanyakan  pada anak .
10. Kalau  menjawab perhatikan:
a. Usia – Tingkat kecerdasan dan  Tipe kepribadian anak (introvert dan ekstrovert).
b. Usahakan menggunakan rumus ini: P – S = Pendek dan Sederhana  Karena kalau berpanjang panjang kawatir anak tidak mengerti.
c. KUNCI  dengan  norma agama.
d. Kalau pertanyaannya sangat sensitive seperti diatas, maka anda harus menyiapkan: waktu khusus, tempat yang khusus juga  maksudnya tidak didepan adiknya yang lebih kecil dan latihan menjawab dan kesiapan akan berbagai jawaban menghadapi  pertanyaan lanjutan.  Suasana sebaiknya juga  yang serius untuk menunjukkan bahwa apa yang ditanyakannya juga serius.
So' Obrolan di level 11 ini meningkatkan pengetahuan, persepsi terhadap pendidikan seksual dan kekerasan seksual pada anak dan membuat kita bener-bener “melek”
Semoga materi ini bermanfaat bagi kita semua. Membuat kita, sebagai ibu lebih percaya diri dalam membicarakan pendidikan seksual dengan anak-anak. Ibu, sebagai madrasah pertama bagi anak-anak. Tempat anak-anak bertanya dan bergantung untuk mendapatkan jawaban yang baik dan benar.💐💐
Thank you Mba Devi dan Mba Ghea... sudah kembali membuka mata saya untuk lebih mengetahui manfaat dari mengajarkan pendidikan seksual ini kepada anak-anak dan memberi tahu bagaimana cara kami para orang tua melakukan komunikasi pendidikan seksual pada anak-anak sejak dini sesuai dengan rentang usia mereka. Oke para Ibu.. Yuksss! Siapkan amunisi mengedukasi anak-anak kita sedini mungkin tentang pendidikan seksual ini.! Empower yourself..

#HariKe-7
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Tuesday, September 25, 2018

"Penyimpangan seksual dan pencegahannya sejak dini" #Review Presentasi Hari Ke-6

Alhamdulillah sampai di presentasi kelompok 4, bersama Mba Yani (Jepang) dan Mba Melly (Jerman). Masih tentang "Fitrah Seksualitas" malam ini mereka mengambil tema kecil dari fitrah seksualitas yaitu "Penyimpangan seksual dan pencegahannya sejak dini".
Presentasi malam ini dibuka oleh Mba Melly dengan beberapa kalimat pertanyaan yang sangat mengugah. Mba Yani pun membantu memberikan jawaban-jawaban yang ga kalah bikin kita jadi menarik napas.
"Apakah pernah melihat seorang laki-laki atau suami yang berlaku kasar pada perempuan/ istrinya? Bagaimana pendapat teman-teman soal ini?"
"Apa mungkin ini bukti tidak cinta, krn memang perangainya kasar atau yang lainnya... 😏"
"Nyatanya, sikap kasar seorang anak laki laki ternyata karena kelekatan dg ibunya yang 'missing' saat masa sebelum aqil baligh ❤ Yuuuuk, kita peluuuk selalu anak laki laki kitaaa 💞💞. Selain itu hal-hal seperti ini akan sangat membekas bagi "inner Child" nya kelak.
Daaan berkebalikan apabila ternyata pendamping kita, selalu bersikap lemah lembut, suka membantu dan berlaku baiiiik pada kita. kita wajib bersyukur. Yuuuk kita sayangi ibu mertua, karena pelukan beliau yang membuatnya demikian baik.
"Bagaimana  jika melihat seorang suami/ laki-laki yang lepas tangan dalam mendidik anak-anak, tidak faham arah tujuan dalam keluarga??"
"Bisa jadi krisis identitas ya... Tidak faham dg perannya sebagai "Man of vision and mission" dalam keluarga, atau galau menjadi seorang ayah. Peran maskulin dari orang tua laki laki yang "missing", sehingga tidak ada keteladanan gender dalam keluarga 💔
Krisis identitas ini dicontohkan pula oleh kisah dari Mba Winda:
"Ada orang yang saya kenal galau banget di awal pernikahannya karena dia ngerasa kurang contoh (dari keluarga yg broken home). Tapi setelah rajin ikut pengajian bapak-bapak dan grup lainnya nampaknya lebih tenang karena bisa ngobrolin dan at least ada yg nanya “apa kabar”. Jadi kayaknya laki-laki juga butuh tempat curhat yang isinya laki-laki.
Hal-hal kaya gini butuh tempat tempat yang positif untuk self healing.
Media sosial juga menjadi ajang untuk mempertontonkan perilaku menyimpang, yang mana herannya banyak orang malah tertarik untuk menonton, tidak jelas apa ini cara untuk mendongkrak popularitas, agar viral begitu jadi mengambil cara yang "break the rule" atau bisa jadi pertanda awal penyimpangan masif, maksudnya padahal jelas menyimpang, tapi penonton menikmatinya.
Pertanyaan yang diajukan Mba Melly berikutnya adalah:
"Apa yang bisa di lakukan jika melihat sepasang perempuan dan laki-laki bercumbu di depan mata, di tempat umum, dan ananda pun bersama kita di tempat tersebut? 😑
Tentu sebagai orang tua perasaan kita hancur, marah, kesel, namun lama kelamaan kita bisa berfikir dan mampu mengajarkan anak-anak kita bahwa beginilah kehidupan. Instead of memberikan anak anak lingkungan yg "steril", sepertinya mbuat mereka faham yg baik dan tidak, lebih membuat  hati sedikit tenang. Kita jadi mendidik anak anak untuk siap menghadapi tantangan luar yang luaaar biasaa ❤.
Beginilah kehidupan.. tidak bisa di tutup-tutupi terus dari anak-anak, ga semuanya bagus untuk dipandang dan dilihat, namun anak-anak bisa belajar banyak dan ini cara Allah kepada kita sebagai orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anak sisi baik dan tidak baik yang memang nyata dalam kehidupan, semoga anak-anak kita lebih kuat lagi imannya.. Kita pun semakin mampu memahami visi misi yang Allah tunjukkan kepada kita, alasan kenapa kita ditempatkan di sini, di negara ini, dengan lingkungan yang seperti ini ❤❤in shaa Allah. Allah selalu punya cara yang luar biasa untuk membimbing kita.
Pemaparan presentasi diatas membantu kita untuk membuka mata dan pikiran kita, hal apa saja yang sudah kita ajarkan kepada anak-anak kita sejak mereka bayi? apakah kita sudah mensuplai sisi maskulin dan feminim secara tepat dengan kedekatan, kelekatan, kehadiran secara utuh dan seimbang bagi putra -putri kita? Berada di fase manakah putra-putri kita saat ini, kita bisa mengamati, apakah terjadi penyimpangan dari fitrah seksualitas ini kepada mereka?
Kita.. ya kitaaa.. yang harus betul-betul menguatkan kembali prinsip dari fitrah seksualitas ini, agar anak-anak kita kelak dijauhkan dari berbagai penyimpangan seksual dengan bisa melakukan berbagai tindakan prevensi penyimpangan seksual itu sendiri. Kita juga bisa menghindari gaya berkomunikasi yang salah kepada putra-putri kita yang mungkin selama ini kurang kita sadari. Yang mana selama ini jutsru cara berkomunikasi kita lah yang semakin menjauhkan kita dengan anak-anak kita. Bila ada hal-hal yang kita rasa menyimpang dari anak-anak kita, ("nauzubilahimindzalik ya Allah") kita dapat segera memberi penangan agar tidak berperilaku lebih jauh lagi, tentunya agar dapat segera disembuhkan. Kuatkan kembali fitrah peran kita sebagai seorang ayah dan ibu. Jangan campur aduk-kan kedua peran, jangan ada ketimpangan oleh keduanya, lakukan pada porsi-porsi yang memang seharusnya. Terimakasih Mba Melly dan Mba Yani untuk diskusi kerennya malam ini.
Yuuuk... optimalkan semua peran kita dengan itqan (rapih, tuntas, bersungguh-sungguh dan be professional), krn ternyata itulah yang dicintai Allah 💞💞💞Jangan pernah lelah untuk selalu berperan andil demi menjaga putra putri tercinta kita.

#HariKe-6
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Monday, September 24, 2018

"Media Edukasi Fitrah Seksualitas" #Review Presentasi Hari Ke-5

Siang ini giliran Kelompok 3 yaitu Mba Arlini (Qatar) dan Mba Sandia (Jepang) yang mempersentasikan materi "fitrah seksualitas" ini. Mereka mengambil judul yang sangat bagus yaitu Media Edukasi Fitrah Seksualitas. Tema yang mereka ambil ini terinspirasi dari SEMAI 2045. SEMAI (Selamatkan gEnerasi EMas IndonesIA!) sebuah gerakan menyelamatkan generasi emas Indonesia dengan aktif melakukan kampanye edukasi positif.
Tahun 2045 nanti adalah 100 tahun Indonesia merdeka. Tapi merdeka itu apa sih? SEMAI ini juga adalah sebuah lembaga non profit yang didirikan oleh Teh Elma (pasti sudah pada tau praktisi parenting satu ini) dan kini di ketuai oleh suami Teh Indri. Lembaga ini mengajak kita untuk melakukan pengasuhan yang baik, benar & menyenangkan. Berlatar dari permasalahan anak-anak yang terjadi terutama dalam hal pornografi dan pornoaksi, maka lembaga ini mengajak kita semua untuk menjadi pahlawan/HERO bagi anak-anak kita. Mulai dari diri kita!. Yang harus di garis bawahi dan perlu diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai anak-anak kita menjadi generasi BLAST (Bored, lonely, angry, affraid, stress & tired).  Dan supaya anak-anak kita gak jadi generasi BLAST, kita berusaha jadi HERO bagi mereka yaitu menjadi generasi BEST! (Behave, emphatic, smart & tough). Dan menjadi Hero itu mulai dari hal yang kecil, dari sekarang, dari diri kita sendiri.
Melalui infografis "Urutan Usia Menurut Islam" ini kita diajak berpikir, ada di rentang usia berapa ya putra putri kita. Dari sana kita juga bisa menentukan "Media Edukasi" apa yang sesuai dengan urutan usia bagi putra dan putri kita. Sesuaikan dengan rentang usianya kita bisa menentukan apa yang cocok untuk putra putri kita, misalnya:
- bernyanyi
- mewarnai
- membaca cerita
- membuat permainan dari berbagai barang-barang yang ada di dalam rumah
Dari SEMAI 2045 juga, ada beberapa media yang bisa kita manfaatkan dan sharing bersama anak-anak. Salah satunya dengan bernyanyi. Ini adalah salah satunya lagu yang dinyanyikan oleh Safiyyah putri dari Mba Arlini.
Melaui lagu yang disajikan oleh SEMAI 2045 tersebut diatas kita dapat ajarkan juga anak-anak kita dengan mengikuti kampanye #AkudanDirikuBerharga sebagai upaya kita bersama agar anak-anak Indonesia MERDEKA dari Bullying dan Kekerasan.
Mba Sandia juga membagi berbagai macam referensi yang bisa kita dapat dari buku yang di antaranya adalah:
- Aku berani vol 1 & 2 : Watiek ideo
- Ensexclopedia: Tim YKBH
- Seri aku bisa melindungi diri (3 buku 6 cerita) : Penerbit 3 ananda
- Seri aku siaga dirumah, disekolah : Teh Sarah Ismullah
- Allah ciptakan tubuhku: Amalia
- Komik akhlak Al Quran, dll

Selain buku ternyata salah satu permainan masa kecil kita dulu yaitu Ular tangga juga bisa kita jadikan media belajar, media edukasi tentang fitrah seksualitas ini. Luar biasa ya!.
Naaah, ular tangga bisa bukan sekadar ular turun dan tangga naik saja. Tapi kita bisa sisipkan Magic card  di salah satu kotak. Magic card ini isinya kartu-kartu yang isinya sarana tanya jawab antara orang tua dan anak. Bahkan bisa buat tebak-tebakan siapa yang lebih tahu duluan.
Bagaimana cara bermain dengan kartu ini? Ibu ibu bisa kreatif menggunakan board game yang sudah ada di rumah seperti ini:
1. Ular tangga. Menggunakan dadu. Letakan tulisan magic card pada beberapa kotak. Jika dapat menjawab, boleh bermain lagi satu putaran. Jika tidak, diam di tempat.
2. Ular tangga tanpa ular dan tangga. Tanpa dadu. Setiap kotak ada pertanyaan. Jika benar, maju 1 langkah; salah, mundur 1 langkah.
Atau untuk anak lebih besar, seperti kartu boboi boy berikut:
Pada kartu pertanyaan, tulisan:
jika benar, kamu maju 3 langkah dan mendapat pahala 1
jika salah, kamu mundur 1 langkah dan tidak mendapat apa-apa.
Bilang tidak tahu atau tidak mau menerima tantangan, diam di tempat.
Pemenang adalah yang sampai lebih awal atau pahala yang paling banyak.
Selain belajar materi, games ini sekaligus mengajarkan matematika, mengambil keputusan dan mengolah strategi juga
Mba Arlini juga mengajarkan untuk memanfaatkan barang berkas seperti kardus untuk membuat puzzle. Kita tinggal siapkan
1. Kertas print
2. Gunting
3. Lakban
4. Kardus buat alas kertas gambar.
Gambar yang dipilih untuk dijadikan puzzle bisa berupa gambar-gambar tentang kisah "Aku dan Tubuhku berharga". So' Sangat kreatif bukan.
Apa yang Mba Arlini dan Mba Sandia lakukan ini adalah sebagai langkah kecil menuju 2045 nanti, Bismillah. In shaa Allah.
Jadi untuk menyampaikan materi "Fitrah Seksualitas" ini intinya bisa dilakukan dengan cara-cara yang seru, komunikatif dan aplikatif, dengan bermain dan bernyanyi bersama. Sehingga semakin kuatnya bonding di antara anak dan kedua orang tuanya. Terimakasih Mba Sandia dan Mba Arlini. Cara mengedukasi materi kali ini sangat bagus dan menyenangkan. In shaa Allah dapat di ATM oleh ibu-ibu yang lain.
Seperti mantra Institut Ibu Profesional yang sangat familiar diatas yang di gaungkan oleh Pak Dodik yaitu: "Perbanyak main bareng, perbanyak belajar bareng, perbanyak aktivitas bareng bersama keluarga". Jadiiii.. Yuk main yukk! Selamat Mencoba Ibu-ibu.

#HariKe-5
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Sunday, September 23, 2018

"Tarbiyah Jinsiyah" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-4

Hari ke-4 Tantangan 10 hari ini, kami masih di ajak untuk mereview secara personal dari berbagai sumber tentang berbagai hal yang menyangkut materi level 11 "Fitrah Seksualitas" ini.
Dan saya seketika tertarik dengan pembahasan tentang Tarbiyah Jinsiyah ini. Secara Etimologi Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan. Tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
Rabaa-yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
Rabiya-yarbaa yang bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
Rabba-yarubbu yang bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Sedangkan Tarbiyah Jinsiyah menurut konsep Islam adalah upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga menjadi nafsu yang dirahmati Allah. Yang merupakan bagian dari membangun masyarakat yang beradab.
Kemudian saya merangkum dan mengutip ulang berbagai pembahasan Tarbiyah Jinsiyah secara singkat dari berbagai sumber, seperti slide yang sudah saya buat ini.
Demikian review singkat saya tentang Tarbiyah Jinsiyah ini.
Alangkah baiknya jika pendidikan seksual ini selaras dengan Al Quran dan Sunnah.
Dengan demikian, diharapkan setiap keluarga muslim mampu memahami dan mempraktikkan Tarbiyah JInsiyah agar tercipta generasi seoleh-solehah yang malu pada pencipta-Nya sehingga tak ada lagi berbagai macam kasus yang tak sesuai dengan syariat Islam

Referensi:
1.http://pasarkebaikan.blogspot.com/2016/08/tarbiyah-jinsiyah-sex-education-anak.html
2.https://seizeyours.wordpress.com/2014/11/27/tarbiyah-jinsiyah-pendidikan-seksual-kepada-anak-ust-budi-ashari-lc/
3.https://bundafaizfathilabib.wordpress.com/2018/01/14/fitrah-seksualitas-anak-day-7-tarbiyah-jinsiyah-pada-anak/
4.https://seruniqalbiblog.wordpress.com/2018/01/12/tarbiyatul-jinsiyah-untuk-bayi-dan-balita/

#HariKe-4
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Saturday, September 22, 2018

"Boleh dan tidak boleh, pantas dan tidak pantas dalam fitrah seksualitas" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-3

Level 11 ini sangat mendebarkan, melebihi level-level sebelumnya yang sebenernya juga ga kalah menantang. Namun Level 11 yang membahas "Fitrah Seksualitas" ini lagi-lagi bener-bener pas sangat saya butuhkan dalam pengenalan hal ini lebih jauh kepada Agatha. Sejak usianya 4 tahun, sejak dia dapat berbicara saya mulai kenalkan dengan kata "saru".
Dalam bahasa Jawa, kata saru di definisikan tidak pantas, jorok atau tidak senonoh, dapat juga diartikan sebagai kelakuan atau tingkah laku yang tidak baik (malu-maluin).
Misalnya dia sudah mulai dibiasakan untuk mengganti baju di tempat tertutup, tidak boleh dilihat oleh temen-temennya, saudara atau orang-orang selain kami sebagai orang tuanya. Dia bisa dengan lugas mengatakan "saru" kepada orang yang dia temui di jalan yang sedang berpakaian kurang pantas.
Saya juga mulai mengajarkan siapa-siapa saja yang boleh menyentuhnya serta bagian-bagian mana yang boleh dan tidak boleh untuk disentuh. Kalau saya tanya kepada Agatha "nak, siapa ajah yang boleh menyentuh Agatha ? Yang boleh melihat Agatha sedang mandi atau ketika sedang gak pakai baju?" "Mama dan Papa" sahutnya. "Oke, jadi jangan biarkan orang asing selain Mama dan Papa melakukan itu, termasuk saudara kita, menyentuh dan memegang Agatha tanpa seijin Mama dan papa ya nak..".
Kami juga mengajarkan bahwa bagian-bagian yang tidak boleh disentuh oleh orang asing selain kedua orang tuanya adalah Mulut, dada, kelamin (kemaluan) dan bagian pantat.
Tetapi ketika saya menyodorkan gambar diatas, Agatha sempat bertanya "why the doctor can touching the kid ma?" Saya jawab: "ya dokter bisa menyentuh dan memegang anak-anak dengan tujuan untuk memeriksa atau mengecek kondisi tubuh si anak, misalnya si anak sedang sakit atau ada luka di bagian tubuhnya. Itupun harus di temani dan di dampingi oleh Ibu atau Ayah si anak. Saya juga memberi Agatha pengertian, kalau Agatha melihat orang yang berpakaian kurang sopan atau kurang baik, Agatha cukup menunduk-kan pandangan saja. Ya seperti yang diketahui tinggal di Singapura ini, di negara mayoritas non muslim ini, sudah sama seperti tinggal di Eropa, budaya Barat yang tidak memperdulikan budaya timur yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama dan kesopanan. Banyak sekali kami melihat orang-orang berpakaian atau bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan norma yang diajarkan oleh agama. Tapi ini bukan masalah, penguatan dari dalam keluarga yang paling penting untuk membiasakan dan memberi tahu Agatha apa yang pantas dan tidak pantas untuk di lihat.
Saya juga berdiskusi dan memberi pengertian "apabila suatu hari nanti Agatha dengan tidak sengaja melihat gambar-gambar yang kurang baik dan tidak pantas, Agatha boleh bertanya kepada Mama atau Papa, bukan malah melihatnya dengan sembunyi-sembunyi. Agatha ajak Mama dan Papa berdiskusi, Agatha bisa bercerita dan menjadikan Mama dan Papa sahabat Agatha juga".
Semoga usaha dan upaya kami sebagai orang tua, dalam hal ini membuahkan hasil. Anak dapat terbuka, bicara jujur, mampu menceritakan banyak hal dan semoga kami bisa menahan perasaaan yang tidak baik apabila anak melakukan kesalahan. Karena dengan kemarahan membuat anak menjadi takut untuk bicara dan berterus terang. Dan untuk Agatha sendiri semoga semakin menjadi pribadi yang kuat, berhati-hati juga waspada terhadap sekitarnya. Semoga anak-anak kita terhindar dari hal-hal buruk, dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Amin.

#HariKe-3
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Friday, September 21, 2018

"Mewaspadai pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak" #Review Presentasi Hari Ke-2

Hari ke-2 ini saya bersama Mba Aryani (Qatar) dan Mba Indri (Jepang) diberi kesempatan untuk mempresentasikan tantangan level 11 - Fitrah Seksualitas ini dengan mengambil tema tentang :

"Mewaspadai pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak".
Latar belakang pemilihan tema ini karena pada kenyataannya, kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak khususnya di Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Sosial RI di tahun 2017, kasus kekerasan serta pelecehan seksual pada anak meningkat dari 1.965 kasus di tahun 2016, menjadi 2.117  kasus di tahun 2017, dimana mayoritas lebih dari 50% korbannya merupakan anak TK & SD..!!
Bahkan, Komisi Perlindungan anak Indonesia (KPAI) mencatat, kekerasan seksual terhadap anak laki-laki mengalami peningkatan pada tahun 2018 ini. Presentasi malam ini dibuka dengan cerita masa kecil dari Mba Indri yang ternyata ketika berusia 6 tahun beliau mengalami pelecehan seksual ini langsung dari kakak sepupunya sendiri, dan itu berlangsung hingga usia 10 tahun. Kejadian ini merupakan bentuk dari kekerasan seksual pada anak secara fisik yang mana pelaku berani menyentuh area intim atau kemaluan korban. Memang tidak diketahui motif pelaku melakukan hal tersebut. Bisa jadi untuk memenuhi gairahnya, atau ada maksud-maksud lain dibalik itu semua. Dan mba Indri sendiri selama bertahun-tahun tidak mampu menceritakan kepada keluarga bahkan orang tua nya sendiri apa yang sudah beliau alami. Beliau baru menceritakan itu kepada ibunya menjelang pernikahan beliau bersama suaminya. Mba Indri juga berpikiran  tidak berani cerita ke ibu dan bapaknya karena saat itu Mba Indri sangat yakin orang tua nya tidak akan percaya. Dan ternyata didikan keluarga pun membuat Mba Indri tidak berani menceritakan hal-hal yang tidak baik dan tidak menyenangkan. Mba Indri harus selalu terlihat sempurna supaya orang tuanya senang. Disini saya melihat bahwa tekanan itu ternyata berada dalam keluarga mba Indri sendiri termasuk kedua orang tuanya (secara tidak langsung) sehingga tidak berani menceritakannya. Mba Indri pun menjadi sangat 'parno' dalam urusan anak. Saya pikir ini adalah perasaan yang wajar apalagi saat ini Mba Indri sudah menjadi seorang Ibu dari 2 orang anak perempuan. Dari cerita Mba Indri sendiri, beliau dan suami belajar mengenalkan kepada anak-anak mereka siapa aja yg boleh menyentuh anak-anak mereka, dan Mba Indri pun sangat ketat dan cenderung memaksa (lebih awal) dalam mengenalkan urusan mahram ke putri pertamanya Alana, karena rasa takut yang masih beliau rasakan sampai hari ini.
Inner child yang membekas itu juag mengganggu psikologis beliau sehinga ada perasaan-perasaan  menyalahkan sekelilingnya. Dan baru beberapa bulan terakhir beliau belajar self healing dalam menguatkan dan mengobati inner child nya tersebut. Dampak baiknya Mba Indri merasa lebih tenang, yang dulunya mendoakan hal-hal tidak baik kepada pelaku (kakak sepupunya) tersebut, sekarang sudah bisa lebih tenang, ikhlas dan belajar mengampuni pelaku.
Kekerasan / pelecehan seksual ini terbagi dalam dua jenis yaitu:
a. Kekerasan seksual pada anak secara fisik
Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya
Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku
Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya
Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak
b. Kekerasan seksual pada anak non fisik
Menunjukkan hal-hal yang bersifat pornografi pada anak, entah itu video, foto, atau gambar
Menyuruh anak berpose tidak wajar
Menyuruh anak untuk menonton berbagai hal yang berhubungan dengan seks
Mengintip atau menontoni anak yang sedang mandi atau sedang berada di dalam toilet
Kekerasan seksual terhadap anak memberikan dampak yang cukup fatal kepada anak sebagai korban.
Tidak hanya akan berdampak pada fisik, namun yang lebih parah lagi dampak psikis yang dialami anak akan terus menghantui seperti rasa traumatis dan lainnya hingga dewasa.
Dampak pelecehan seksual secara umum antara lain:
- Powerlessness; dimana korban merasa tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkap peristiwa pelecehan seksual tersebut.
- stres
- depresi
- goncangan jiwa
- perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri
- rasa takut berhubungan dengan orang lain
- mimpi buruk
- insomnia
- ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter
- masalah harga diri
- disfungsi seksual
- sakit kronis
- kecanduan
- keinginan bunuh diri
- keluhan somatik
- kehamilan yang tidak diinginkan
Sementara dampak pelecehan seksual yang paling terlihat kepada anak-anak dibawah usia 12 tahun adalah dengan mulai memeriksa tanda fisik setelah secara nyata orang tua mendapati tanda-tanda yang terlihat jika anak murung, ketakutan terhadap orang yang lebih tua darinya, mimpi buruk, anak tidak mau berbicara, tapi menunjukkan gejala psikologis yang mencurigakan. Orang tua bisa memeriksakan anak ke psikolog, dari sana bisa diketahui apa yang terjadi dan psikolog dapat merujuknya ke dokter untuk diperiksa lebih kanjut.
Mba Indri juga berbagi pengalaman melakukan pendampingan kepada anak korban kekerasan/pelecehan seksual yang malah berkebalikan bukannya murung tapi menjadi berani dan cenderung agresif. Malah ada keinginan ingin berinteraksi dengan lawan jenis ada keinginan untuk menjerumuskan teman-nya yg lain. Hidupnya penuh dengan kebencian. Semua harus gagal dan 'rusak' seperti dia. Dan hal seperti ini lebih susah lagi untuk disembuhkan. Dari hasil wawancara dengan korban yang didampingi beliau, bahwa sebenarnya korban tersebut takut untuk bercerita, bahkan tidak berani bercerita, hati kecilnya penuh dengan kemarahan sehinggaingin melampiaskan kepada orang lain. Ingin agar orang lain merasakan seperti yang dia rasakan. Bahkan beberapa perempuan yang terjerumus ke dalam kehidupan yang tidak baik itu karena ada trauma seksual di masa kecilnya.
Berdasarkan sharing malam ini, terutama dari mbak Indri, bisa kita lihat secara nyata bahwa pelecehan/kekerasan seksual pada anak bisa sangat mungkin terjadi di lingkungan sekitar kita.
Oleh karena itu, menanamkan pendidikan mengenai fitrah seksualitas merupakan informasi penting yang perlu didapatkan oleh anak. Sebagai bagian dari pola asuh yang baik, orang tua perlu terlibat dalam pendidikan anak, termasuk memberikan pemahaman dan berdiskusi secara terbuka dengan Si Kecil tentang fitrah seksual pada anak.
Anak perlu memahami dan mengenali tubuhnya sejak dini. Selain untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya, upaya itu juga untuk melindungi anak dari kejahatan seksual. Jika dilakukan dengan tepat, pendidikan fitrah seksualitas ini justru akan memperluas pemahaman dan menjadi dasar anak untuk mengambil keputusan seputar seksualitas di masa yang akan datang. Dan bila ternyata kita sudah mengetahui  (inalillahi) bahwa anak telah menjadi korban pelecehan/kekerasan seksual, maka orang tua harus bisa mengontrol diri supaya anak tidak semakin terpuruk.
Berikut beberapa cara menyikapi pelecehan seksual pada anak:
- Ajak anak untuk berbicara
Bila melihat anak dalam kondisi tertekan, ajak anak untuk berbicara. Biasanya anak akan bercerita untuk melihat reaksi orang tua terhadap kejadian yang mereka alami. Ketika anak sudah mulai bercerita, usahakan untuk tetap tenang dan dengarkanlah dengan cermat. Jangan menyalahkan atau menyela perkataan anak, sebab hal ini dapat mencegah anak untuk bercerita lebih lanjut.
- Berikan waktu
Tidak semua anak dapat menceritakan kejadian buruk ini dalam waktu yang cepat. Jika anak belum siap untuk bercerita, berikanlah anak waktu agar ia dapat menenangkan diri dan tunggulah sampai anak siap untuk bercerita.
- Berikan dukungan
Dukungan dapat Anda berikan dengan memercayai seluruh perkataan anak dan yakinkan mereka bahwa apa yang terjadi bukan kesalahan mereka. Jelaskan bahwa menceritakan kejadian itu kepada Anda merupakan tindakan yang tepat.
Pelecehan/kekerasan seksual pada anak adalah tindakan yang melanggar hukum. Jika mencurigai anak menjadi korban pelecehan seksual, orangtua bisa meminta bantuan dokter atau konselor untuk menelusuri lebih lanjut kondisi anak. Jika anak terindikasi kuat mengalami pelecehan seksual, orangtua perlu melaporkan kejadian tersebut kepada pihak terkait, seperti kepolisian dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), untuk mendapatkan penanganan secara hukum. Itulah peran kita sebagai masyarakat agar tindak kejahatan ini bisa semakin ditekan penurunan nya. Berikutnya adalah senantiasa waspada terhadap apapun.
Semoga keluarga dan anak kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin yaa Rabbal'alamiin..

#HariKe-2
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

Thursday, September 20, 2018

"Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak" #Review Presentasi Hari Ke-1

Allhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, Kelas Bunsay Batch #3 kali ini sudah sampai di level 11. Lega rasanya dapat menapaki level demi level dengan usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik demi perubahan bagi diri dan keluarga. Pada level ini kami ditantang untuk melakukan presentasi berkelompok yang berkaitan dengan "Fitrah Seksualitas". Dan mereview kembali hasil presentasi kelompok lain untuk menjadikannya tantangan 10 hari di level ini.
Presentasi hari pertama Kelompok 1 digawangi oleh Mba Gita (Jepang) dan Mba Angie (KSA). Mereka mempresentasikan tentang Fitrah Seksualitas secara menyeluruh. Pemaparan yang tertulis di flyernya sangat komplit sekali. Mereka membahas berbagai hal. Di mulai dari Mba Angie yang membahas tentang:
1. Pengertian Fitrah Seksualitas
2. Prinsip-prinsip Fitrah Seksualitas
3. Tahapan mendidik Fitrah Seksualitas
Setelah mengetahui pengertian dari Fitrah Seksualitas itu sendiri, selanjutnya masuk kepada 3 prinsip dalam Fitrah Seksualitas yang mana ini bisa dijadikan acuan untuk diaplikasikan sesuai dengan tahapan-rahapan mendidik Fitrah Seksualitas kepada si anak.Tahapan mendidik Fitrah Seksualitas terbagi kedalam 5 tahap usia, dimulai dari:
1. Usia 0 -2 tahun 👶
2. Usia 3-6 tahun👧
3. Usia 7-10 tahun👭👬
4. Usia 11-14 tahun (pre aqil baligh)👨👩
5. Usia 15 tahun (aqil baligh)
Selanjutnya pemaparan dilanjutkan oleh Mba Gita, beliau mengambil bagian dalam 3 poin:
1. Pendidikan seks dalam Perspektif Islam
2. Mengenalkan pendidikan seks pada anak di negeri minoritas muslim
3. Upaya pencegahan dan pengobatan penyimpangan seksual
Pada poin pertama dijelaskan bahwa kajian Islam telah banyak mengajarkan mengenai pendidikan seks di setiap disiplin ilmu-ilmu keislaman, antara lain: fiqh, akhlaq, filsafat keislaman, tafsir, dan beberapa kajian Islam yang terkait dengan fenomen potensi seksual dan gender. Dalam Psikologi Islam pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas nafs dan membentuk kualitas nafs menjadi lebih baik. Pendidikan seks (al-tarbiyyah al-jinsiyyah) dalam Psikologi Islam adalah sarana untuk membentuk nafs pada peserta didik sehingga merekan mampu untuk mengendalikan potensi seksual sehingga memiliki sifat iffah dan mampu mengarahkan potensi tersebut ke arah yang baik sesuai dengan norma-norma Islam.
Pada poin kedua adalah penjelasan mengenai step by step dalam mengenalkan pendidikan seks pada anak. Dimulai dari yang kecil dan sederhana dulu. Yang utama adalah dia paham bahwa kita berpedoman pada ajaran Islam. Islam itu apa? Mengapa harus patuh pada Allah Swt? Dapat apa kalau nurut dan dapat apa kalau melanggar?
Sedangkan yang terakhir adalah tentang "Upaya pencegahan dan pengobatan penyimpangan seksual".
Mengapa kita harus belajar dari sekarang tentang upaya pencegahannya? Karena ini kasus sudah banyak sekali tidak hanya di Indonesia, tapi di dunia. Banyak juga yang beranggapan tidak mau bersuara karena malu atau dianggap nanti aib.
Keenam poin tadi paparkan secara lengkap sekali oleh tim ini berikut dengan semua slide materinya. Semoga pemaparan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

#HariKe-1
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas