Saturday, September 22, 2018

"Boleh dan tidak boleh, pantas dan tidak pantas dalam fitrah seksualitas" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-3

Level 11 ini sangat mendebarkan, melebihi level-level sebelumnya yang sebenernya juga ga kalah menantang. Namun Level 11 yang membahas "Fitrah Seksualitas" ini lagi-lagi bener-bener pas sangat saya butuhkan dalam pengenalan hal ini lebih jauh kepada Agatha. Sejak usianya 4 tahun, sejak dia dapat berbicara saya mulai kenalkan dengan kata "saru".
Dalam bahasa Jawa, kata saru di definisikan tidak pantas, jorok atau tidak senonoh, dapat juga diartikan sebagai kelakuan atau tingkah laku yang tidak baik (malu-maluin).
Misalnya dia sudah mulai dibiasakan untuk mengganti baju di tempat tertutup, tidak boleh dilihat oleh temen-temennya, saudara atau orang-orang selain kami sebagai orang tuanya. Dia bisa dengan lugas mengatakan "saru" kepada orang yang dia temui di jalan yang sedang berpakaian kurang pantas.
Saya juga mulai mengajarkan siapa-siapa saja yang boleh menyentuhnya serta bagian-bagian mana yang boleh dan tidak boleh untuk disentuh. Kalau saya tanya kepada Agatha "nak, siapa ajah yang boleh menyentuh Agatha ? Yang boleh melihat Agatha sedang mandi atau ketika sedang gak pakai baju?" "Mama dan Papa" sahutnya. "Oke, jadi jangan biarkan orang asing selain Mama dan Papa melakukan itu, termasuk saudara kita, menyentuh dan memegang Agatha tanpa seijin Mama dan papa ya nak..".
Kami juga mengajarkan bahwa bagian-bagian yang tidak boleh disentuh oleh orang asing selain kedua orang tuanya adalah Mulut, dada, kelamin (kemaluan) dan bagian pantat.
Tetapi ketika saya menyodorkan gambar diatas, Agatha sempat bertanya "why the doctor can touching the kid ma?" Saya jawab: "ya dokter bisa menyentuh dan memegang anak-anak dengan tujuan untuk memeriksa atau mengecek kondisi tubuh si anak, misalnya si anak sedang sakit atau ada luka di bagian tubuhnya. Itupun harus di temani dan di dampingi oleh Ibu atau Ayah si anak. Saya juga memberi Agatha pengertian, kalau Agatha melihat orang yang berpakaian kurang sopan atau kurang baik, Agatha cukup menunduk-kan pandangan saja. Ya seperti yang diketahui tinggal di Singapura ini, di negara mayoritas non muslim ini, sudah sama seperti tinggal di Eropa, budaya Barat yang tidak memperdulikan budaya timur yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama dan kesopanan. Banyak sekali kami melihat orang-orang berpakaian atau bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan norma yang diajarkan oleh agama. Tapi ini bukan masalah, penguatan dari dalam keluarga yang paling penting untuk membiasakan dan memberi tahu Agatha apa yang pantas dan tidak pantas untuk di lihat.
Saya juga berdiskusi dan memberi pengertian "apabila suatu hari nanti Agatha dengan tidak sengaja melihat gambar-gambar yang kurang baik dan tidak pantas, Agatha boleh bertanya kepada Mama atau Papa, bukan malah melihatnya dengan sembunyi-sembunyi. Agatha ajak Mama dan Papa berdiskusi, Agatha bisa bercerita dan menjadikan Mama dan Papa sahabat Agatha juga".
Semoga usaha dan upaya kami sebagai orang tua, dalam hal ini membuahkan hasil. Anak dapat terbuka, bicara jujur, mampu menceritakan banyak hal dan semoga kami bisa menahan perasaaan yang tidak baik apabila anak melakukan kesalahan. Karena dengan kemarahan membuat anak menjadi takut untuk bicara dan berterus terang. Dan untuk Agatha sendiri semoga semakin menjadi pribadi yang kuat, berhati-hati juga waspada terhadap sekitarnya. Semoga anak-anak kita terhindar dari hal-hal buruk, dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Amin.

#HariKe-3
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

0 comments:

Post a Comment