Tuesday, September 25, 2018

"Penyimpangan seksual dan pencegahannya sejak dini" #Review Presentasi Hari Ke-6

Alhamdulillah sampai di presentasi kelompok 4, bersama Mba Yani (Jepang) dan Mba Melly (Jerman). Masih tentang "Fitrah Seksualitas" malam ini mereka mengambil tema kecil dari fitrah seksualitas yaitu "Penyimpangan seksual dan pencegahannya sejak dini".
Presentasi malam ini dibuka oleh Mba Melly dengan beberapa kalimat pertanyaan yang sangat mengugah. Mba Yani pun membantu memberikan jawaban-jawaban yang ga kalah bikin kita jadi menarik napas.
"Apakah pernah melihat seorang laki-laki atau suami yang berlaku kasar pada perempuan/ istrinya? Bagaimana pendapat teman-teman soal ini?"
"Apa mungkin ini bukti tidak cinta, krn memang perangainya kasar atau yang lainnya... 😏"
"Nyatanya, sikap kasar seorang anak laki laki ternyata karena kelekatan dg ibunya yang 'missing' saat masa sebelum aqil baligh ❤ Yuuuuk, kita peluuuk selalu anak laki laki kitaaa πŸ’žπŸ’ž. Selain itu hal-hal seperti ini akan sangat membekas bagi "inner Child" nya kelak.
Daaan berkebalikan apabila ternyata pendamping kita, selalu bersikap lemah lembut, suka membantu dan berlaku baiiiik pada kita. kita wajib bersyukur. Yuuuk kita sayangi ibu mertua, karena pelukan beliau yang membuatnya demikian baik.
"Bagaimana  jika melihat seorang suami/ laki-laki yang lepas tangan dalam mendidik anak-anak, tidak faham arah tujuan dalam keluarga??"
"Bisa jadi krisis identitas ya... Tidak faham dg perannya sebagai "Man of vision and mission" dalam keluarga, atau galau menjadi seorang ayah. Peran maskulin dari orang tua laki laki yang "missing", sehingga tidak ada keteladanan gender dalam keluarga πŸ’”
Krisis identitas ini dicontohkan pula oleh kisah dari Mba Winda:
"Ada orang yang saya kenal galau banget di awal pernikahannya karena dia ngerasa kurang contoh (dari keluarga yg broken home). Tapi setelah rajin ikut pengajian bapak-bapak dan grup lainnya nampaknya lebih tenang karena bisa ngobrolin dan at least ada yg nanya “apa kabar”. Jadi kayaknya laki-laki juga butuh tempat curhat yang isinya laki-laki.
Hal-hal kaya gini butuh tempat tempat yang positif untuk self healing.
Media sosial juga menjadi ajang untuk mempertontonkan perilaku menyimpang, yang mana herannya banyak orang malah tertarik untuk menonton, tidak jelas apa ini cara untuk mendongkrak popularitas, agar viral begitu jadi mengambil cara yang "break the rule" atau bisa jadi pertanda awal penyimpangan masif, maksudnya padahal jelas menyimpang, tapi penonton menikmatinya.
Pertanyaan yang diajukan Mba Melly berikutnya adalah:
"Apa yang bisa di lakukan jika melihat sepasang perempuan dan laki-laki bercumbu di depan mata, di tempat umum, dan ananda pun bersama kita di tempat tersebut? πŸ˜‘
Tentu sebagai orang tua perasaan kita hancur, marah, kesel, namun lama kelamaan kita bisa berfikir dan mampu mengajarkan anak-anak kita bahwa beginilah kehidupan. Instead of memberikan anak anak lingkungan yg "steril", sepertinya mbuat mereka faham yg baik dan tidak, lebih membuat  hati sedikit tenang. Kita jadi mendidik anak anak untuk siap menghadapi tantangan luar yang luaaar biasaa ❤.
Beginilah kehidupan.. tidak bisa di tutup-tutupi terus dari anak-anak, ga semuanya bagus untuk dipandang dan dilihat, namun anak-anak bisa belajar banyak dan ini cara Allah kepada kita sebagai orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anak sisi baik dan tidak baik yang memang nyata dalam kehidupan, semoga anak-anak kita lebih kuat lagi imannya.. Kita pun semakin mampu memahami visi misi yang Allah tunjukkan kepada kita, alasan kenapa kita ditempatkan di sini, di negara ini, dengan lingkungan yang seperti ini ❤❤in shaa Allah. Allah selalu punya cara yang luar biasa untuk membimbing kita.
Pemaparan presentasi diatas membantu kita untuk membuka mata dan pikiran kita, hal apa saja yang sudah kita ajarkan kepada anak-anak kita sejak mereka bayi? apakah kita sudah mensuplai sisi maskulin dan feminim secara tepat dengan kedekatan, kelekatan, kehadiran secara utuh dan seimbang bagi putra -putri kita? Berada di fase manakah putra-putri kita saat ini, kita bisa mengamati, apakah terjadi penyimpangan dari fitrah seksualitas ini kepada mereka?
Kita.. ya kitaaa.. yang harus betul-betul menguatkan kembali prinsip dari fitrah seksualitas ini, agar anak-anak kita kelak dijauhkan dari berbagai penyimpangan seksual dengan bisa melakukan berbagai tindakan prevensi penyimpangan seksual itu sendiri. Kita juga bisa menghindari gaya berkomunikasi yang salah kepada putra-putri kita yang mungkin selama ini kurang kita sadari. Yang mana selama ini jutsru cara berkomunikasi kita lah yang semakin menjauhkan kita dengan anak-anak kita. Bila ada hal-hal yang kita rasa menyimpang dari anak-anak kita, ("nauzubilahimindzalik ya Allah") kita dapat segera memberi penangan agar tidak berperilaku lebih jauh lagi, tentunya agar dapat segera disembuhkan. Kuatkan kembali fitrah peran kita sebagai seorang ayah dan ibu. Jangan campur aduk-kan kedua peran, jangan ada ketimpangan oleh keduanya, lakukan pada porsi-porsi yang memang seharusnya. Terimakasih Mba Melly dan Mba Yani untuk diskusi kerennya malam ini.
Yuuuk... optimalkan semua peran kita dengan itqan (rapih, tuntas, bersungguh-sungguh dan be professional), krn ternyata itulah yang dicintai Allah πŸ’žπŸ’žπŸ’žJangan pernah lelah untuk selalu berperan andil demi menjaga putra putri tercinta kita.

#HariKe-6
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

0 comments:

Post a Comment