Friday, September 28, 2018

"Pengetahuan Seks adalah Tabu: Bikin Malu Sekaligus Penasaran" #Review Fitrah Seksualitas Hari Ke-9

TECHsex Youth Sexuality and Health Online, sebuah studi nasional yang meriset dan mempelajari perihal teknologi, anak muda, dan kesehatan seksual menyatakan bahwa dari 1500 responden anak usia 13 sampai dengan 24 tahun, hanya terdapat 7 persen saja yang merasa keluarga adalah tempat belajar efektif mengenai seks, seksualitas, dan kesehatan reproduksi. Dalam laporan penelitian yang diterbitkan tahun 2017 tersebut, disebutkan bahwa media online berupa Google dipilih sejumlah 21 persen koresponden sebagai tempat paling efektif dalam belajar perkara tersebut.
Dibanding dengan media online lain, Google menempati posisi pertama. Sebanyak 62 persen menyebut Google sebagai situs paling banyak diakses anak muda untuk bertanya mengenai informasi kesehatan reproduksi. Di tempat kedua ada platform YouTube sebanyak 38%, WebMD sebanyak 31 persen, dan Facebook sebanyak 21 persen.
Beberapa kisah yang pernah saya baca bahwa bahkan sampai hari ini banyak orang tua yang baru menyadari betapa buruknya cara orangtua jaman dulu membahas soal seks. Misalnya, setiap nonton film yang ada adegan ciuman, mata si anak ditutup tanpa diberikan penjelasan kenapa si anak tidak boleh lihat.  Sementara pendidikan seksual sudah semestinya diberikan secara bertahap, bahkan sejak anak masih balita. Tentunya sesuai dengan porsinya
Ada juga kisah lain ketika seorang anak berusia 5 tahun menemukan majalah porno di rumahnya. Sang Ibu malah kelihatan marah, tetapi tak menjelaskan kenapa dia marah.
Dua contoh kisah diatas seharusnya menjadi hal yang harus digaris bawahi oleh para orang tua. Jika suatu hari kelak anak-anak lebih nyaman mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas melalui internet.
Tabu dan perasaan tak nyaman membahas soal seks dengan orang-orang terdekat bukan hanya di Indonesia, di negara maju macam Inggris pun pembahasan mengenai kesehatan reproduksi beserta relasi masih dipandang sebelah mata atau bahkan mengundang pendapat kontra.
Tahun 2011, BBC merilis berita berisi hasil survei yang diselenggarakan situs BabyChild terhadap 1.700 orangtua anak usia 5-11. Sebanyak 59 persen dari mereka tak setuju dengan pendidikan seks untuk anak dengan alasan tidak pantas menyampaikannya kepada para buah hati mereka.Keadaan lingkungan yang tidak cukup mendukung anak untuk mengakses pendidikan seks tak pelak membuat mereka mencari jalan alternatif seperti internet pada masa kini. Sebagian mengakses pornografi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan seksualitasnya, sebagian lainnya memilih menelusuri Google maupun youtube.
Memang mungkin tidak ada salahnya mencari informasi di internet, yang menjadi permasalahan adalah konten yang muncul terkadang 100% tidak memiliki filter yang semestinya Alih-alih mendapat informasi yang akurat soal reproduksi dan relasi, anak bisa kian tersesat akibat membaca sumber-sumber sembarang termasuk pada akhirnya menonton video-video yang tidak semestinya mereka lihat pada usia dini.
Namun negara-negara berkembang mulai mengusulkan agar pemerintah setempat bekerjasama dengan provider untuk mematikan konten-konten yang berbau seksual dan pornografi, ada juga yang mengusulkan membuat database nasional database nasional terkait situs yang mengangkat isu seks dengan tujuan menghindarkan anak-anak dari paparan informasi yang tidak aman dan tidak kredibel. Selanjutnya mereka  merekomendasikan dibuatnya pendidikan seks online.
Seperti salah satu situs pendidikan seks yang ditujukan untuk remaja, Sexetc.org ini tidak hanya menyuguhkan informasi dan membagikan pengalaman orang-orang terkait tubuh seperti KB, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, kehamilan, tetapi juga soal orientasi seksual, kekerasan, hingga soal pacaran.
Harapannya adalah dengan adanya pendidikan seks online ini, anak bisa merasa lebih aman dan nyaman membicarakan perkara seksualitasnya secara privat dan mendapat saran dari pakar di situs yang nantinya disortir pemerintah. Akan lebih baik lagi jika anak dan orang tua bisa duduk bersama melihat dan membuka situs tersebut sambil berdiskusi agar pemahaman yang anak terima bisa lebih baik lagi.
Kembali lagi, bagaimana disini peran penting para orang tua agar semakin 'melek' dalam memahami ilmu tentang pendidikan seksualitas dan tidak lagi merasa tabu untuk menjelaskan nya kepada anak-anak sesuai dengan porsi usia mereka yang seharusnya.
Jangan sampai kelak persoalan tabu ini malah membuat anak semakin penasaran sehingga berdampak hanya sebagai sebuah wacana yang menggaungkan kata tabu. Ya...
Tabu untuk Dibicarakan, Tapi Tak Tabu untuk Dilakukan
itu kan lebih menakutkan lagi bagi para orang tua. Amit-amit. Nauzubilahimindzalik.

Referensi:
https://tirto.id/pengetahuan-seks-adalah-tabu-bikin-malu-sekaligus-penasaran-cEHw
https://tirto.id/mewaspadai-google-sebagai-sarana-pendidikan-seks-anak-anak-ct7y

#HariKe-9
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

0 comments:

Post a Comment