Wednesday, September 26, 2018

"Peran Ibu dalam Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak" #Review Presentasi Hari Ke-7

Presentasi hari ke-7 malam ini digawangi oleh kelompok-5 bersama Mba Devi (Singapura) dan Ghea (Jepang). Dan lagi-lagi mereka mengambil tema yang lebih kecil dengan mengerucutkan kembali tema besar dari fitrah seksualitas ini yaitu "Peran Ibu dalam Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak. Kenapa harus Ibu, kenapa bukan Ayah, pertanyaan inilah yang terbersit dalam pikiran saya. Ya jelas, karena:
الأم مدرسة إذا أعددتها
أعدت جيلا طيب الأعراق
Ibu adalah madrasah jika kamu menyiapkannya
Maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik
Hakikat inilah yang menjadi pijakan bagi kita para Ibu, bahwa  ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Pemaparan Mba Devi dan Mba Ghea malam ini dapat dilihat kembali pada slide presentasi mereka diatas. Sesuai gender yang diberikan oleh Allah SWT, sejak lahir anak-anak kita di anugerahi Fitrah Seksualitas yang membuat mereka mampu bertindak, merasa, bersikap dan berfikir. Tugas kita sebagai orang tua terutama Ibu untuk memberikan berbagai pemahaman fitrah seksualitas tersebut kepada mereka dengan cara:
1. Membantu memahami Jenis kelamin (gender)
2. Mengajarkan anak-anak memahami peran sesuai dengan gendernya.
3. Membantu mengenal anggota tubuh dan bagian pribadi
4. Menyadari bahwa dirinya dan tubuhnya berharga.
5. Membantu terhindar dari perilaku sesksual menyimpang
6. Membantu terhindar dari kejahatan seksual
7. Membantu melindungi diri mereka dari kejahatan seksual
Fakta-fakta yang dikeluarkan oleh WHO juga sangat mencengangkan. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita, "Mengapa anak-anak mudah sekali menjadi korban dari kekerasan / kejahatan seksual?"
Jawabannya ada pada anaknya, karena sebagai pihak yang lemah, kecil tidak berdaya, polos, terlalu mempercayai dan tunduk pada orang dewasa, atau memiliki rasa ingin tahu tentang tubuhnya, sampai kepada ketidaktahuan mereka tentang tubuh mereka sendiri. Atau pada kita sebagai orang dewasa (orang tua) yang belum sepenuhnya memberi pemahaman secara benar tentang fitrah seskualitas ini.
Bahkan survei membuktikan di negara berkembang sekelas USA yang kita anggap sudah bebas saja masih  banyak orang tua yang “tabu” dibandingkan yang terbuka untuk membicarakan hal-hal tentang seksualitas. Sehingga dapat mudah di tebak anak-anak mencari sendiri dengan cara mereka sendiri. Tanpa pedoman yang jelas, tanpa edukasi seksual dalam koridor yang benar.
Pernah ga sih kita tiba-tiba mendengar anak-anak kita bertanya pertanyaan-pertanyaan ajaib seperti:
“adek bayi keluarnya dari mana siih??” Atau “aku pingin punya adik.. gimana cara buatnya?”
“Bunda.. kenapa sih kalau malam2 suka keluar kamar sama Papi???”
atau pertanyaan tentang, "punyaku dengan punya Mama dan Papa sama ga? (Maaf alat kelamin).
Kadang sebagai orang tua, kita syok, karena ada beberapa hal  mengapa  kita  kaget, kehilangan kata menghadapi  pertanyaan anak anak kita.
1. Tidak menyangka bahwa anak sekarang menanyakan hal itu secara sangat berani dan pada usia yang lebih muda.
2. Tidak menyiapkan diri  untuk  membicarakan hal ini  atau menjawab pertanyaan .
3. Tidak terbiasa dialog dengan anak, yang umumnya dilakukan adalah :perintah dan larangan saja
Bila  poin 1 dan 2 belum siap maka berimbas pada poin 3 perintah dan larangan
“Udah jangan tanya lagi, masih kecil” atau “Kok kamu ngomong gak sopan”
Hal ini akhirnya membuat anak-anak mencari jawaban dari orang selain orang tuanya. Atau mencari sendiri jawabannya. Ini malah semakin fatal bukan??
Berikut ada tips-tips dari Ibu Elly Risman tentang bagaimana cara dan respon kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib dari anak-anak kita tersebut.
1. Tenang,  tarik nafas dalam dalam  kalau perlu beberapa kali tapi kalau bisa jangan sampai terlihat oleh anak seperti orang yang terkena ‘serangan asthma mendadak’😂😂😂.
Dengan begitu in sha Allah anda terhindar dari  berbagai emosi negatif   seperti  yang  sudah disinggung diatas. Kalau anda  bereaksi dengan emosi negatif, saya kawatir anda mematikan  hasrat anak  untuk bertanya lain kali. Padahal keberanian itu amat sangat penting bagi perkembangannya dan  pengendalian  serta  pengarahan anda sebagai orang tua.
2. Rileks, katakan dalam hati:”Anakku  berkembang, rasa ingin tahunya  meningkat, aku harus memenuhi kebutuhannya”.
3. Senyum , pandang mata  kalau perlu tepuk bahunya ,  untuk meyakinkannya dia punya hak untuk bertanya.
4. Katakan apa yang anda rasakan:”Kaget ( atau shock,bingung, gak sangka  ayah/mama sama pertanyaan mu itu!”
Dengan melakukan point 1- 4 insha Allah anda telah terhindar dari  kemungkinan memberikan  jawaban yang tidak tepat atas pertanyaannya  itu dan member anda waktu untuk berfikir.
5. Lihat kedalam diri anda, apakah ada sanggup menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan tepat  saat itu juga atau tidak.
6. Kalau anda memutuskan untuk TIDAK, maka katakan: ”Hm.. karena pertanyaanmu mendadak, ayah/mama  belum sempat menjawabnya sekarang. Maafin ya. Berikan ayah/mama waktu untuk beberapa hari . Sekarang hari  Senin..hm.. Insha Allah Rabu sore ya..ayah/mama akan jawab” . Tentu jangka waktu ini tergantung kesediaan waktu anda untuk mencari jawaban yang tepat.
7. Tiba harinya, please: jangan belagak lupa!. Kalau belum siap, sampaikan saja dan atur waktu berikutnya.
8. Kalau anda  memutuskan  menjawab hari itu juga  tolong cek PEMAHAMAN  anak. Ini sangat penting unuk mengetahui apakah anak benar benar tidak tahu  atau dia NGETEST anda dengan apa yang dia sudah tahu.  Kalau anda tidak benar menjawabnya, dia akan tertawakan anda dengan teman-teman-nya!.
9. Tangkap inti pertanyaan! Karena  kaget  dan panik biasanya orang tua tidak sempat menangkap apa inti dari pertanyaan anak. Makanya untuk meyakinkan, tanyakan  pada anak .
10. Kalau  menjawab perhatikan:
a. Usia – Tingkat kecerdasan dan  Tipe kepribadian anak (introvert dan ekstrovert).
b. Usahakan menggunakan rumus ini: P – S = Pendek dan Sederhana  Karena kalau berpanjang panjang kawatir anak tidak mengerti.
c. KUNCI  dengan  norma agama.
d. Kalau pertanyaannya sangat sensitive seperti diatas, maka anda harus menyiapkan: waktu khusus, tempat yang khusus juga  maksudnya tidak didepan adiknya yang lebih kecil dan latihan menjawab dan kesiapan akan berbagai jawaban menghadapi  pertanyaan lanjutan.  Suasana sebaiknya juga  yang serius untuk menunjukkan bahwa apa yang ditanyakannya juga serius.
So' Obrolan di level 11 ini meningkatkan pengetahuan, persepsi terhadap pendidikan seksual dan kekerasan seksual pada anak dan membuat kita bener-bener “melek”
Semoga materi ini bermanfaat bagi kita semua. Membuat kita, sebagai ibu lebih percaya diri dalam membicarakan pendidikan seksual dengan anak-anak. Ibu, sebagai madrasah pertama bagi anak-anak. Tempat anak-anak bertanya dan bergantung untuk mendapatkan jawaban yang baik dan benar.💐💐
Thank you Mba Devi dan Mba Ghea... sudah kembali membuka mata saya untuk lebih mengetahui manfaat dari mengajarkan pendidikan seksual ini kepada anak-anak dan memberi tahu bagaimana cara kami para orang tua melakukan komunikasi pendidikan seksual pada anak-anak sejak dini sesuai dengan rentang usia mereka. Oke para Ibu.. Yuksss! Siapkan amunisi mengedukasi anak-anak kita sedini mungkin tentang pendidikan seksual ini.! Empower yourself..

#HariKe-7
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#FitrahSeksualitas

0 comments:

Post a Comment