Thursday, March 01, 2018

"Bisa membaca atau gemar membaca?"

Materi ke-5 kali ini paling saya sukai. "Menstimulasi Anak Suka Membaca". Membaca, Mendengar, Menyimak, dan Menulis adalah satu kesatuan dari sebuah kegiatan literasi. Dan kemampuan literasi ini harus dimulai sejak dini. Pertanyaannya kemudian adalah, apa capaian yang kita inginkan sebagai orangtua kepada anak-anak kita: bisa membaca atau gemar membaca? Harapan saya tentunya Agatha tidak hanya sekedar bisa membaca namun gemar membaca dan memahami apa yang sedang dia baca, pesan moral apa yang dapat dia tangkap dari sebuah buku yang dia baca. Ini kemudian selanjutnya menjadi tugas saya sebagai orang tuanya untuk memotivasinya untuk terus bersemangat membaca buku. Tentunya dengan kerjasama saya dan suami. Harapan lainnya juga hal ini menjadi motivasi saya dan Bapak suami juga. Sehingga kegiatan membaca ini menjadi kegiatan yang akan mengalihkan porsi gadget saya dan suami selama ini 😎😏😔
Dalam kegiatan membaca ini, pada awalnya saya tidak pernah menargetkan agar Agatha gemar membaca, bagi saya Agatha cukup happy masuk ke library saja sudah cukup. Karena dulu sejak usia 2 tahun sampai 4 tahun buku-buku yang saya berikan kepadanya tampak tidak begitu menarik baginya. Agatha lebih senang bermain dengan pesawat, kereta dan bis. Sehingga saya sempat  berfikir wahh kenapa ya kok kayanya anak ku ajah yang ga doyan sama buku. Rata-rata di Singapore ini, anak-anak sejak dini sudah dikenalkan dengan buku dan dibiasakan pergi ke library. Library menjadi salah satu tempat favorite anak-anak Singapore, selain karena lokasinya, design library itu sendiri sangat unik dan menarik sehingga kegiatan membaca sangat nyaman dan terfasilitasi dengan baik. Anak-anak kecil Singapore yang saya lihat banyak menghabiskan waktunya di library meskipun banyak dari mereka juga belum bisa membaca. Namun orang tua mereka sangat telaten untuk sering membawa anak-anak mereka ke library. Dan itulah akhirnya yang saya terapkan ke Agatha, saya menganggap ini sebuah stimulus baginya, mungkin tidak hari ini, tidak juga esok hari, namun saya yakin usaha saya tidak akan sia-sia. Suatu hari Agatha akan merasakan manfaatnya membaca buku. Membawanya ke libarary sejak kecil menjadi salah satu agenda wajib saya. Minimal 1 bulan 2 sampai 3 kali kegiatan ini saya masuk kan kedalam aktivitas rutinnya. Dan saya rasa usaha saya cukup berhasil, mungkin terlihat telat Agatha baru mau fokus ke buku di usia 5 tahun, yang jelas sejak dia mulai bisa membaca, dia makin menyenangi buku. Salah satu metode yang saya terapkan adalah mencarikan Agatha buku-buku yang sesuai dengan minatnya saat itu, jika dia sedang senang dengan bus, maka saya akan meminjamkannya buku-buku yang berhubungan dengan bus dan alat transportasi, jika dia sedang tertarik dengan pesawat tempur, maka saya meminjamkannya buku-buku yang senada dengan minatnya saat itu. Begitu seterusnya, sehingga perbendaharaan bukunya pun semakin banyak. Meski tak jarang berkali-kali ke Library, Agatha masih meminjamkan buku yang sama yang sudah kami baca lebih dari 3 x hehehe. Lama kelamaan, ketertarikannya terhadap jenis buku pun mulai bertambah. Selama ini setiap sebelum tidur tugas Bapak suamilah yang membacakan buku untuknya. Sekaligus menjelaskan kalimat-perkalimat tulisan-tulisan yang ada didalam buku tersebut, baik itu menjadi pertanyaan Agatha ataupun tidak. Cara Agatha fokus terhadap buku adalah dengan membacanya berulang-ulang. Mungkin ini yang disebut dengan gaya membaca intensif.
Our Bookshelves
Pernah untuk beberapa buku Agatha membacanya dalam waktu 5 bulan dan dilakukan hampir setiap malam bersama Bapak Suami. Bila sudah tamat, minta dibacakan kembali, sampai untuk beberapa dialog dalam buku tersebut Agatha pun sudah hapal. Dan buku terlama yang dia baca itu adalah Geronimo Stilton, bahkan ketika buku itu sudah masuk kedalam Bookshelves mini kami, dia bisa saja mengambil lagi buku itu dan membacanya sendiri tanpa pendampingan saya maupun suami.
Geronimo Stilton "The First Samurai" pada buku ini menceritakan tentang petualangan Geronimo dalam bertemu dengan sepupunya Trap di "New Mouse City". Tentang seorang wartawan penyelidik yang diminta Prof. Von Volt untuk menghentikan penjahat (cat emperor catardone) yang merubah sejarah dengan melakukan kejahatan di masa lalu dengan memakai mesin waktu. Yang menarik adalah setiap aksinya menunujukkan tahapan peradaban dunia pada waktu tertentu yang khas seperti  Jepang jaman Shogun (1600-an), Amerika Wild West (1800-an), Mesir Kuno (2000 SM), Italia Jaman Renaissance (1400-an) dan sebagainya. Anak bisa mempelajari kebudayaan, perilaku, kostum, dan gaya pada jaman-jaman khas tersebut.
Sejak di Singapore saya dan suami sudah mulai membatasi diri membeli buku, pertama karena mahal, kedua rumah sempit dan ketiga alasan paling tepat nya adalah kami bisa pinjam gratis ke Library. Jadi kami tidak punya banyak buku didalam rak buku mini kami. Suami yang dulunya dalam 1 bulan bisa membeli 1-2 Majalah Arsitek bahkan buku-buku Arsitek yang tebal mulai membatasi diri. Karena pada akhirnya majalah dan buku-buku tersebut ketika kami pindah kemarin terpaksa sebagai kami hibahkan ke beberapa teman. Dan saya pun tidak lagi memborong buku terus menerus bila pulang ke Indonesia. Atau menitipkan teman yang akan ke Singapore untuk membeli buku-buku favorite saya. Sebagaian koleksi novel saya dijaman kuliah dan bekerja, yang saya beli dalam jumlah banyak dan sempat saya bawa ke Singapore dengan terpaksa saya kirimkan kerumah Ibu saya, karena kondisi rumah yang sekarang tidak cukup menampung banyak barang. Ya kalau pun harus disimpan dirumah sini, pada akhirnya lagi-lagi semua akan dilempar ke gudang.  Dalam 1 bulan saya menghabiskan 2-3 buku, bahkan tidak jarang untuk beberapa buku Favorite saya bisa menyelesaikan nya dalam waktu 2-3 hari. Kalau sedang di kereta saya tidak membaca buku secara langsung namun memilih e-book yang sudah saya download di handphone saya. Namun kegiatan membaca ini mulai berkurang, dalam 1 tahun saya hanya menghabiskan 1-2 buku saja (dari buku yang saya beli sendiri) hehehe...
Sebenarnya sudah banyak buku yang saya dan bapak suami bacakan bersama-sama Agatha, namun pada pohon literasi virtual ini saya hanya mencantumkan 1 buah buku saja yang menjadi salah satu buku favorite yang sudah berkali-kali Agatha baca berulang-ulang. In shaa allah saya akan menempelkan buku-buku apa saja yang sudah saya, Bapak suami dan Agatha baca sejak kami pindah ke tempat baru ini. Dan kami akan coba mereview satu-persatu isi dari buku tersebut.
Tantangan di game ke-5 ini memicu saya, untuk kembali semangat lagi membaca buku. Koleksi-koleksi saya yang sudah di beli namun belum dibaca bahkan bungkusnya masih utuh in shaa Allah akan segera dibaca, dan yang sudah dibaca setengah jalan akan segera di tuntaskan. (Buku-buku itupun sudah melambai-lambai minta dibacakan hehe). Semoga kami bertiga makin termotivasi untuk merimbunkan "Pohon literasi kami" In shaa Allah...
Pohon Literasi Virtual Agatha
Ilmu menghidupkan hati dari kebutaan, menjadi cahaya mata dalam kegelapan, dan kekuatan tubuh dalam kelemahan [-unknown-]
#HariKe-1
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#IbuProfesional
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

1 comment: