Wednesday, August 29, 2018

Cemilan Rabu Ke-2 | Kelas Bunda Sayang Level ke-10: "Membangun Karakter Usia Dini"

🌳 Cemilan Rabu ke - 2 🌳
Materi Kelas Bunda Sayang Level ke-10: Membangun Karakter Usia Dini
Rabu, 29 Agustus 2018
🏑🏑🏑
✅Menumbuhkan rasa aman dan nyaman adalah dasar yang utama dalam membentuk karakter anak, yang kemudian dapat menumbuhkan rasa ”berarti”, ”berharga” atau ”bernilai” pada anak.

Apa itu Karakter?
✅ KARAKTER  berasal dari kata charassein  , artinya watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau ”perangai”.  

Begitu besar pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang. Delapan puluh persen keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh karakter, sedangkan 20% nya dipengaruhi oleh kecerdasan.

Maka itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini. Salah satu caranya adalah dengan melalui bercerita. Orangtua dapat mengenalkan nilai moral dan karakter yang baik melalui tokoh-tokoh yang disampaikan dalam cerita. 

Taburlah satu pikiran positif, maka akan menuai tindakan.

Taburlah satu tindakan, maka akan menuai kebiasaan.

Taburlah satu  kebiasaan, maka akan menuai karakter.

Taburlah satu karakter, maka akan menuai nasib.

πŸ‘‘πŸ‘‘πŸ‘‘
Membangun karakter ibarat mengukir 

Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan.

Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. 

Demikian juga dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.

Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. 

Ada Dua Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter:
1. Bawaan dari dalam diri anak  
2. Pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua-anak.

Maksudnya,
✅Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula pada anak.
✅Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si anak berjalan dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya.  Hasilnya, si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini. 
✅Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan (terutama, dalam keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
✅Karakter berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan dengan moral yang berlaku, seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab, penolong, dapat dipercaya, menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagainya. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Orangtua yang Berkarakter Menumbuhkan Anak yang Berkarakter
Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia tidak dapat membantu dirinya sendiri. 
Begitujuga, jika ibu-ayah ingin anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter positif pula. 

Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-harinya, serta memperlakukan anak sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Dini
Masa usia dini adalah masa keemasan, artinya masa tersebut merupakan masa terbaik dalam proses belajar yang hanya sekali dan tidak pernah akan terulang kembali. 

Pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. 

Peran ibu-ayah sebagai pendidik pertama dan utama sangat penting untuk memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini, tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Bila masa ini gagal dimanfaatkan secara baik, sama artinya menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. 

Pembentukan karakter juga akan sulit dilakukan, jika ibu-ayah baru melaksanakannya ketika anak sudah memasuki usia remaja. 

Ibarat sebatang pohon bambu yang semakin tua semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan membentuk karakter, akan lebih mudah membentuk karakter seseorang ketika masih di usia dini dan akan semakin sulit membentuk karakter seseorang jika sudah semakin dewasa.

Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang. 

Pada awalnya anak akan meniru perilaku ibu-ayah, karena ibu-ayah adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. 

Setelah itu, lingkungan rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. 

Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. 

Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Kesuksesan ibu-ayah membimbing anaknya di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. 

Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan masalah, berkomunikasi dengan baik dan berhasil guna, berani, jujur, dapat dipercaya dan diandalkan, penuh perhatian, toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. 

Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia tersebut merupakan masa persiapan untuk sekolah, maka pembentukan karakter positif di usia dini dalam keluarga menjadi sangat penting.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Pembentukan Karakter Berlangsung Seumur Hidup
Proses pembentukan karakter diawali dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur yang berpengaruh untuk menjadi panutan, keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. 

Anak lebih mudah meniru perilaku daripada menuruti nasihat yang diberikan ibu-ayahnya. 

Mereka belajar melalui mengamati apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat nasihat semata-mata. 

Nilai yang diajarkan melalui kata-kata, hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan nilai yang diajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. 

Sikap dan perilaku ibu-ayah sehari-hari merupakan pendidikan watak yang terjadi secara berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.

Proses selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan contoh perilaku kepada anak tentang baik dan buruk, benar atau salah, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. 

Anak juga perlu diajarkan untuk dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti tindakan apa yang harus diambil, serta mampu mengutamakan hal-hal positif untuk dirinya. 

Untuk itu diperlukan suasana pendidikan yang menganut prinsip 3A, yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh (bimbingan). 

Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.

Referensi:
Juwairiah : Membentuk Karakter Anak Usia Dini dengan Mengenalkan Cerita Rakyat dari Aceh :Jurnal Vol.III – Januari-Juni 2017 : https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/download/2041/1512

0 comments:

Post a Comment