Thursday, November 02, 2017

"Agatha, Please Sit Properly..."

Agatha Private Doc.
Setiap orang pastinya melakukan komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi adalah salah satu unsur terpenting dalam kehidupan, berpasangan, berorganisasi, bermasyarakat, dan yang lebih pentingnya lagi komunikasi dalam kehidupan berkeluarga yaitu komunikasi antara suami dan istri serta orang tua kepada anaknya. Karena keluarga adalah lapisan penting pertama yang akan mempengaruhi kualitas seseorang dalam berkomunikasi.  Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan, dalam pandangan saya pribadi bahwa komunikasi akan terus berkembang, baik dari cara menyampaikan, mengirim pesan (isi dari komunikasi) hingga bagaimana kita atau orang lain menerima pesan komunikasi tersebut. Semua orang pasti bisa berkomunikasi, namun tidak semua orang menyadari bahwa komunikasi pun harus dilakukan secara produktif. Percaya ga kalau lulusan sarjana komunikasi belum tentu pintar berkomunikasi?? kalau saya sih percaya, nih orangnya (ngacung sambil liat kaca) hehehe.. Karena dalam beberapa hal didunia ini, teori selalu saja tak semudah praktek-nya.. Benerkannnn?? (mamak-mamak nyari dukungan 😝)
Pada Kuliah Bunda Sayang hari pertama ini, kami ditautkan dengan dengan materi "Komunikasi Produktif". Materinya "ngena" banget, terutama Komunikasi dengan anak.  Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik. 
"Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy."
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan dengan cara kita yang memaksakan anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya. Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka. (Note to my self! Print, Tempel dinding kamar😆)
Sejak bisa jalan, Agatha tidak betah duduk diam tenang didalam kereta bus juga taxi, kadang dikereta dan bus dia berdiri, bernyanyi, joget, joget, manjat-manjat tiang kereta/bus, berlari kesana kemari.. Otomatis dong jadi perhatian orang-orang. Dan tak jarang ada yang menegur kami sebagai orang tuanya karena kelakuan bocah itu. Hehehe... Saya mengerti pada dasarnya Agatha diusia-usia seperti itu sedang explore, ingin tau banyak, ingin mencoba, ingin berekspresi dan dia belum memahami apa yang dia lakukan itu terkadang tidak mampu diterima oleh orang lain yang merasa terganggu, salah satunya  misalnya berisik dengan suara nyanyian anak itu. Butuh waktu bagi Saya dan suami memberikan pengertian bahwa yang dia lakukan terkadang menganggu sekitar. Sebenarnya ini kami biarkan cukup lama, dan cuek dengan tatapan-tatapan pahit orang-orang disekitar kami. 😁 Heran-nya memang kadang didalam gerbong itu cuma Agatha yang selalu 'ekspresif" alias ga bisa diam, sedangkan anak-anak sebaya lainnya, duduk manis, diam dan ga banyak "cingcong". Sedikit bingung sebenarnya, kenapa anak gw sendiri yang begini yak? (tanya kenaapa??) hehe.. 😂😂Apa gw salah makan ketika hamil nih bocah hahaha.. (Elus-elus dada..)
Dan salah satu cara yang salah yang pernah kami lakukan sebagai orang tua adalah memberikan "gadget" agar si anak diam.. yahh diam, duduk manis dan fokus.. Cukup lama kami memberlakukan hal ini. Namun dengan bertambahnya umur, yang kami rasa bahwa Agatha sudah semakin bisa diajak kerjasama, dan  kami sadar bahwa ini bukan sebuah solusi yang baik untuk mengatasi polah si anak, maka sejak usia 4 tahun kami akhirnya membuat kesepakatan, bahwa dia hanya bisa pegang gadget di hari minggu saja, dan alhamdulillah! hal ini bisa diterima dan disepakati oleh Agatha. Huft.. lega sekali. 
Sejak usia 3 tahun Agatha sudah mulai senang menggambar dan kami berusaha memfasilitasi dengan menyiapkan banyak stok kertas/ buku gambar serta pensil/pena warna.
Dan alhamdulillah cara ini akhirnya memberi kemudahan bagi kami, tidak hanya ketika berada dirumah atau sedang berada dirumah teman, tapi juga dalam perjalanan terutama dalam transportasi umum. Begitu dia mulai "polah" alias ga bisa diem.. Kami langsung sodorkan kertas atau buku gambar. 
Mama: "Agatha pls, sit properly.. duduk yang manis nak"
Agatha: "Iya.. ic ma.. ic, I just want to see outside" Aku pengen lihat Bus diluar sana..
Mama: "oke, oke.. boleh.."
Agatha: (mulai boring dan berdiri berputar-putar di tiang besi kereta)...
Mama: "Agatha, kamu mau menggambar gak??" (sambil melambai-lambaikan buku gambar dan pensil /pena"
Agatha: "mauuuuuuuu..!!"  (langsung balik ketempat duduk dan menggambar dengan khyusu' sampai kereta berhenti di tujuan.
(Lega... lalu ngomong ama suami "kenapa ga dari dulu ya Pah.. haha..)
Ternyata kalau kita mampu menemukan cara untuk "bargaining" yang efektif, hal kaya gini ga bakal jadi masalah. Cuma kami mungkin telat sadar dan telat mengkomunikasikan kepada Agatha. Atau bahkan, komunikasi yang kami lakukan selama ini masih "kurang produktif" sehingga Agatha menganggap apa yang kami sampaikan tidak memberikan dia rasa nyaman bahkan pesan dari yang kami sampaikan tidak mampu dia cerna dengan baik.
Menjadi orang tua tidaklah mudah, namun tidaklah sulit untuk terus belajar, dan belajar memperbaiki diri, in sha Allah.

Sumber Bacaan:
1. Prof. Deddy Mulyana: Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar
2. Materi Kuliah Bunda Sayang IIP Level 1, Komunikasi Produktif, 30 Oktober 2017.

#Hari1
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

0 comments:

Post a Comment