Wednesday, November 08, 2017

Segala hal baik berawal dari komunikasi yang produktif

Peran masing-masing pasangan dalam rumah tangga adalah hal yang sangat vital. Komunikasi Produktif menjadi bagian penting dari pelaksanaan kesemua itu. Suami istri sudah ada dengan perannya masing-masing. Sebagaimana umumnya suami bekerja mencari nafkah, lalu istri mengurus urusan domestik dan anak-anak. Tapi mungkin banyak pula yang tidak saklek seperti itu, meskipun bekerja suami tetap dengan senang hati membantu istri dirumah mengerjakan pekerjaan domestik sampai merawat dan menjaga anak-anak. Saya rasa itu hal yang lumrah dan biasa. Bukan menyalahi kodrat suami atau menguntungkan istri. Tapi lebih bersifat kepada kerjasama dalam rumah tangga. Dan semua itu pastinya sudah dikomunikasikan diantara kedua pasangan.
Private Doc.
Sosok suami adalah laki-laki yang tidak banyak bicara, ada positif dan negatifnya juga sih mengenai hal ini. Bagi saya positifnya dia menjadi tipe orang yang tidak sibuk mengurusi hidup orang lain, hidup damai, tidak rese dan cerewet dengan kehidpan orang lain, easy going, bicara singkat padat dan jelas. Dannn negatifnya, saya merasa tidak ada lawan diskusi yang sepadan, karena beliau benar-benar menjadi sosok pendengar sejati. Sementara saya, tiap abis cerita kudu ditanggepin, kalau dia cuma diam ajah, saya mulai kesel.. (tanggapin donk.. jangan diem aja.. hahaha..) Kalaupun suami menanggapi paling tidak banyak yang dia sampaikan. Apa jangan-jangan gara-gara "yang penting istri senang?" hmmm.. hehehehe..
Namun dalam 7 tahun pernikahan saya sangat terbantu sekali dengan peran suami diluar pekerjaannya. Beliau tidak segan membantu saya memasak, mencuci baju, mencuci piring, dan tentunya menjaga anak semata wayang kami Agatha. Jika saya sakit saya benar-benar terbantu oleh suami. Intinya tidak mungkin meja makan kami kosong melompong, tidak juga cucian piring bertumpuk di dapur, atau Agatha tidak mendapatkan perhatian dalam masa-masa sakit saya. 
Kalau ada yang bertanya, kok mau sih suaminya masak, nyuci, ngepel, ngurus anak? jawaban saya cuma satu "ini bagian dari bonus yang diberikan Allah kepada saya. (Semoga sampe tua begitu yak Bapak suami hehehe). Untuk sampai kepada hal-hal seperti ini tentunya komunikasi-lah yang menjadi jembatan diantara kami untuk membicarakan segala hal dalam rumah tangga. Termasuk keikhlasan dalam menjalani peran-peran diluar peran utama kami. Kami berdua juga sama-sama punya "me time" dan alhamdulillah "me time" kami tidak pernah mengabaikan anak. Jika suami lowong dan saya sedang mengerjakan sesuatu atau pergi sebentar dia membantu saya membersemai bersama Agatha. Begitu pula sebaliknya.  Me time kami sama-sama berada di hari Sabtu dan Minggu. Me time Suami adalah menonton film favorite dari pukul 09.00 -12.00 WIB dannn me time saya adalah boleh bangun siang di hari Sabtu-Minggu sudah termasuk leyeh-leyeh dari jam 09.00-12.00 WIB. Selebih dari jam itu adalah our quality time (saya, suami dan Agatha). Sepanjang "me time" kami tidak saling menganggu, merusuhi, atau merepotkan satu sama lain. Agatha sendiri boleh memilih bermain bersama Mamanya atau Papanya. Bila dia memilih bermain bersama Bapaknya, maka sesi menonton suami berubah menjadi "menonton bersama bapak" hehehe.. Jadi sesi menonton harus disambi dengan tontonan bersama anak sambil menjelaskan semua pertanyaan-pertanyaan Agatha. Namun jika dipagi hari Agatha memilih bersama saya, maka dalam masa "me time" saya harus melibatkan agatha juga. Ntah hanya gulet-gulet dikasur atau hanya sekedar bermain puppets. Dan kami sudah menjalani itu sejak awal pernikahan, bahkan ketika belum mempunyai anak. 
Seperti hari ini saya ada keperluan sehingga meminta bantuan suami untuk menjaga Agatha. Sepanjang pergi suami tidak merusuhi saya, dengan pertanyaan-pertanyaan yang merepotkan. Dia hanya menanyakan apakah Agatha sudah makan, bagaimana keadaan dia disekolah hari ini, apakah dia sudah belajar, selebihnya tidak ada yang perlu dikuatirkan. Saya hanya perlu meminta izin sepanjang semua tugas saya selesai. Bahkan apabila saya belum membuat makan malam, beliau dengan senang hati menawarkan membuatkan makan malam untuk keluarga. Lagi-lagi Saya sangat bersyukur akan hal ini. Dan Agatha pun mengerti ketika saya mau pergi sebentar, saya pamit,  saya mempraktek-kan "Intensity of eye contact" berjongkok, menatap mata, bicara jujur dan apa adanya,  menjelaskan kenapa saya harus pergi, bertemu siapa dan pulang pukul berapa, lalu bersalaman dan berpamitan. Semoga segala hal yang sedang saya pelajari dalam materi komunikasi produktif ini mampu saya terapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari bersama suami dan anak. Memperbaiki yang salah dan kurang baik, menyempurnakan yang sudah baik dan yang pastinya mempertahankan segala hal-hal positif yang sudah kami jalani sebelumnya. In shaa Allah..

#Hari7
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

0 comments:

Post a Comment