Menuju hari ke-15 dalam tantangan melatih kemandirian ini. Saya mencoba mereview kembali perjalanan sejak hari pertama melakukan pengamatan kemandirian ini, apa saja yang sudah Agatha lakukan. Ternyata tidak banyak yang berubah dalam arti, hal-hal yang Agatha lakukan sudah sesuai dengan tahap perkembangan kemandiriannya, walauuuuu.. memang masih terus harus dipoles dan di ingatkan hehehe, ya begitulah anak-anak (lha para orang tua pun masih harus sering diingatkan kok, hehehe..) Konsisten itu tidak hanya untuk mereka, tetapi sebagai orang tua kita juga harus konsisten dalam memberikan semangat, arahan dan stimulasi. Dan tugas melatih kemandirian ini adalah sebuah proses panjang bagi kita para orang tua. Satu hal lagi, bagi saya ternyata menjaga mood anak itu penting hehehe. Sejauh ini perjalanan tantangan yang saya lewati sejak materi komunikasi produktif sampai kepada melatih kemandirian, poin krusial yang saya garis bawahi adalah "penting sekali menjaga emosi dan mood anak". Karena bila emosi si anak terjaga, maka semua tantangan akan berjalan mulus dan lancar. Sedangkan tantangan bagi orang tua nya sendiri cuma satu yaitu "SABAR" hahahaha... (Pekerjaan berat ya Ibu-ibu... hehehe).
Hari ini adalah farewell Gibran teman mengaji Agatha, karena Rabu besok Gibran akan kembali ke Indonesia. Jadilah setelah jam mengaji selesai kami membuat janji akan bertemu di Library Tampines Hub. Namun perjalanan menggunakan bus, yang tertulis di peta melewati 33 stop pemberhentian bus ternyata lebih jauh dari yang saya perkirakan, sehingga pada playdate hari ini, kami telat cukup lama.. Sepanjang jalan Agatha sedikit risau, kenapa bus ga sampai-sampai juga ke tempat tujuan. Berkali-kali dia bertanya kepada saya "Ma.. kita mau kemana sih? jauh bangetttt rumah Gibran nya.." Saya jawab.."kita ga ke rumah Gibran nak, kita ketemu di Library". "Trus kenapa ga sampai-sampai nih bus nya?" tanya nya lagi. Huft.. "Mama juga bingung tha" Dalam hati saya, duhh playdate pertama dengan Gibran membawa kesan yang buruk kepada Bunda Dini dengan telatnya kami yang masih terkatung-katung diperjalanan. Sebagai Ibu saya merasa malu sekali, ini pelajaran buat saya, estimasi waktu di peta ternyata ga sama dengan realitanya. Jadi lain kali harus prepare waktu untuk lebih cepat lagi berangkatnya.
Karena boring di dalam bus, Agatha meminjam handphone saya, dan mengirimkan beberapa Voice Message kepada Gibran, dia mengatakan: "Gibran, Bus berjalan lama sekali, tunggu aku ya, maafin bus nya lama, kamu lagi apa? baca buku apa?" (dihh lagi-lagi nyalahin bus.. padahal ini salah Mama, yang salah prepare waktu deh tha.. hikss!). Saya juga berkali-kali mengirimkan WhatsApp meminta maaf atas keterlambatan selama diperjalanan tadi. Pukul 3.30pm akhirnya kami tiba di Library Tampines Hub. Bunda Dini, Gibran dan Adik Rayyan sudah menanti cukup lama. Alhamdulillah Bunda Dini mengerti karena saya sudah menjelaskan sepanjang diperjalanan tadi. Semoga ga kapok yah main sama Agatha..
Selanjutnya anak-anak sudah asik mengobrol bersama, seolah tidak ada drama karena telat seperti yang saya khawatirkan. Anak-anak sudah membaur dan membaca buku bersama. Ah... kadang kita perlu belajar dari sikap anak-anak, tidak sedih, tidak mempengaruhi mood mereka, tidak pula kesal dan marah. Sikap seperti ini menurut saya cerminan dari hati yang tulus yang dimiliki anak-anak. Anak-anak lebih fokus pada hal yang mereka inginkan saja, yang penting sudah bertemu dengan teman nya dan bisa segera bermain bersama, tanpa harus mengungkit-ungkit kesalahan dan membahas sesuatu yang sudah terjadi. See.. kadang kita sebagai orang dewasa susah lho ya, bersikap seperti mereka hehehe. Jadi pelajaran berharga yang saya dapatkan hari ini adalah bagaimana cara anak-anak mampu mengelola dan memanage emosi serta kemandirian dalam bersikap. Sebagai orang dewasa hal-hal kaya gini patut menjadi contoh bagi kita.
Memang betul adanya bahwa selain pengalaman, anak adalah salah satu guru yang terbaik. Anak-anak mengajari kita bersikap apa adanya tanpa kepalsuan. Yahh... memang sih terkadang yang saya lihat dari Agatha selama ini, emosi dia masih berperan penting dalam melatih kemandirian nya. Seperti yang saya ceritakan diatas, saya masih mendapat tugas untuk menjaga mood nya. Sejauh dia happy maka semua akan berjalan lancar. Padahal dalam hidup kan tidak selama akan menemukan kemudahan dan kebahagiaan, suatu hari nanti anak akan tumbuh dewasa, dan Orang tua tidak bisa terus bersama dan menjaga sang anak. Karena itulah Agatha harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi dalam hidup nya. Semoga dengan memupuk hal-hal baik dalam kemandiriannya saat ini, menjadi bekal bagi nya nanti. Semoga kelak semakin besar, Agatha lebih mampu mengelola dan mengatasi emosinya sendiri, sehingga suatu hari nanti, kemandiriannya lah yang akan berperan lebih baik daripada perasaan emosi nya. In shaa Allah.
Thanks to Gibran for Today 💖💖💖, see u next time in Indonesia
Hari ini adalah farewell Gibran teman mengaji Agatha, karena Rabu besok Gibran akan kembali ke Indonesia. Jadilah setelah jam mengaji selesai kami membuat janji akan bertemu di Library Tampines Hub. Namun perjalanan menggunakan bus, yang tertulis di peta melewati 33 stop pemberhentian bus ternyata lebih jauh dari yang saya perkirakan, sehingga pada playdate hari ini, kami telat cukup lama.. Sepanjang jalan Agatha sedikit risau, kenapa bus ga sampai-sampai juga ke tempat tujuan. Berkali-kali dia bertanya kepada saya "Ma.. kita mau kemana sih? jauh bangetttt rumah Gibran nya.." Saya jawab.."kita ga ke rumah Gibran nak, kita ketemu di Library". "Trus kenapa ga sampai-sampai nih bus nya?" tanya nya lagi. Huft.. "Mama juga bingung tha" Dalam hati saya, duhh playdate pertama dengan Gibran membawa kesan yang buruk kepada Bunda Dini dengan telatnya kami yang masih terkatung-katung diperjalanan. Sebagai Ibu saya merasa malu sekali, ini pelajaran buat saya, estimasi waktu di peta ternyata ga sama dengan realitanya. Jadi lain kali harus prepare waktu untuk lebih cepat lagi berangkatnya.
Karena boring di dalam bus, Agatha meminjam handphone saya, dan mengirimkan beberapa Voice Message kepada Gibran, dia mengatakan: "Gibran, Bus berjalan lama sekali, tunggu aku ya, maafin bus nya lama, kamu lagi apa? baca buku apa?" (dihh lagi-lagi nyalahin bus.. padahal ini salah Mama, yang salah prepare waktu deh tha.. hikss!). Saya juga berkali-kali mengirimkan WhatsApp meminta maaf atas keterlambatan selama diperjalanan tadi. Pukul 3.30pm akhirnya kami tiba di Library Tampines Hub. Bunda Dini, Gibran dan Adik Rayyan sudah menanti cukup lama. Alhamdulillah Bunda Dini mengerti karena saya sudah menjelaskan sepanjang diperjalanan tadi. Semoga ga kapok yah main sama Agatha..
Memang betul adanya bahwa selain pengalaman, anak adalah salah satu guru yang terbaik. Anak-anak mengajari kita bersikap apa adanya tanpa kepalsuan. Yahh... memang sih terkadang yang saya lihat dari Agatha selama ini, emosi dia masih berperan penting dalam melatih kemandirian nya. Seperti yang saya ceritakan diatas, saya masih mendapat tugas untuk menjaga mood nya. Sejauh dia happy maka semua akan berjalan lancar. Padahal dalam hidup kan tidak selama akan menemukan kemudahan dan kebahagiaan, suatu hari nanti anak akan tumbuh dewasa, dan Orang tua tidak bisa terus bersama dan menjaga sang anak. Karena itulah Agatha harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi dalam hidup nya. Semoga dengan memupuk hal-hal baik dalam kemandiriannya saat ini, menjadi bekal bagi nya nanti. Semoga kelak semakin besar, Agatha lebih mampu mengelola dan mengatasi emosinya sendiri, sehingga suatu hari nanti, kemandiriannya lah yang akan berperan lebih baik daripada perasaan emosi nya. In shaa Allah.
Thanks to Gibran for Today 💖💖💖, see u next time in Indonesia
#Hari15
#GameLevel2
#Tantangan10Hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP
0 comments:
Post a Comment