"Agatha ayo bangun, bersiap pergi mengaji nih.." kataku pagi tadi.. Sambil stretching dia menjawab "Where's Papà ma?" "Go to Office tha.. "jawab ku lagi.. Dia lanjut bertanya lagi "Why Papà must go to office ma.." lalu beranjak bangun... Aku belum menjawab, nanti ajah pikir ku.. Lebih baik dia mandi dulu. Lalu aku persilahkan dia ke kamar mandi.. "ayo ke kamar mandi dl.. gosok gigimu.. handuk Mama taruh di gagang pintu.." Lalu aku menyiapkan baju yang akan dia gunakan setelah mandi. Setelah dia berpakaian aku juga bersiap-siap.. Lalu kami keluar rumah.. "Seperti biasa.. ayo Agatha kita membaca doa keluar rumah.." (Kami membacanya bersama-sama) "Bismillaahi tawakkaltu alallaah walaa haula walaaquwwata illaabillaah". Ketika sudah berada di dalam bus, ternyata si anak ini masih penasaran, karena memang tadi belum mendapatkan jawaban dari saya, kenapa Bapaknya harus pergi ke kantor. "Ma.. why Papa must go to office?" Why he don't want to fetch me to school"?? "Agatha.. if you buy milk, you must pay or no?"tanyaku. "Pay jawabnya.." Bila Agatha mau membeli Roti dan Oreo pakai uang atau tidak?" "Yes of course!" jawabnya lagi. "Bila Papa mau mendapatkan uang maka Papa harus...???" "go to Office ma.." jawabnya.. "Nahhhh! tuh Agatha tau.. jadi, sekarang Agatha mengerti kenapa Papa gak bisa mengantar Agatha ke sekolah atau pergi mengaji tiap hari. Si Bocah hanya terdiam.. dan tidak lama sudah bernyanyi-nyanyi kecil hingga sampai ke Bus Interchange. Saya tau sebagai Ibunya, mungkin Agatha berfikir kenapa waktu bersama Bapaknya tidak banyak. Kenapa Papa harus pulang malam? Kenapa Papa ga bisa sering menemani Agatha bermain? Dan kenapa-kenapa lainnya. Sebagai orang tua kami berusaha mendidik dan memberikan jawaban-jawaban yang sebenarnya dengan cara yang lebih ringan. Tidak berusaha membohonginya, walau kadang terdengar "tega terhadap anak".
Perjalanan kami setelah sampai ke Bus Interchange masih berlanjut ke Yishun MRT. Di dalam kereta Agatha dan saya tidak dapat duduk berdekatan, karena kursi yang kosong pun tidak ada yang bersebelahan. Sehingga saya duduk dengan jarak kurang lebih 3m dari posisi duduknya. Dia duduk sendiri dengan tertib, sesekali menoleh kearah saya. Dan saya mengacungkan jempol saya untuk memberi pujian atas sikap baiknya di dalam transportasi umum. Pada poin ini, saya bisa melihat bagian dari perkembangan kemandiriannya, yaitu mampu berkomunikasi dua arah dengan orang dewasa (dalam hal ini saya). Dan saya lihat dia pun dapat memahami jawaban saya atas pertanyaannya tadi. Harapan saya dia juga mampu menyerap maksud dari perumpamaan saya dengan cara menceritakan dengan ringan sesuatu yang berhubungan dengan maksud dari pertanyaannya tadi. Dia cukup baik diajak kerjasama hari ini, dengan duduk terpisah beberapa jarak dari saya, menunjukkan bahwa dia cukup mandiri dan berani. Oh iya saya lupa menceritakan kalau Agatha masih sulit mengikat sepatunya sendiri, namun dia selalu ingin menggunakan sepatu yang ada talinya. Tapi lagi-lagi saya lah yang akan diminta tolong mengikat sepatunya. Tapi ketika berangkat tadi dia mengatakan "ma, i want use the blue shoes".. Saya jawab "ya boleh aja, tapi kamu harus bisa pasangkan sepatunya sendiri tanpa pertolongan mama." Memasang sepatu ini adalah salah satu perkembangan kemandirian bagi anak usia 5-6 tahun, dan inilah waktunya. Dia sedikit mengeluh ketika mencoba memasangkan sepatu tadi pagi, karena dia memaksa memasukkan kakinya ke dalam sepatu tanpa membuka ikatan sepatu tersebut. Tapi pada akhirnya berhasil dan dia cukup lega. Nah kejadian yang sama berulang waktu dia mau memakai sepatu ketika selesai mengaji. Hampir sedikit kesal, namun saya membiarkan untuk tidak menolongnya, karena saya sudah katakan diawal, jika kamu kesulitan memasangkan sepatu, Mama tidak akan membantu sampai kamu benar-benar sudah berusaha memakainya dengan semampumu. Ada seorang Teacher yang melihat saya memperlakukan Agatha, dia menyeletuk.."duhh kasian sekali, Ibu itu coba dibantu Agathanya" Saya menjawab dengan tersenyum, tanpa merubah posisi dan tetap berdiri sambil melihat Agatha yang masih kesulitan memakai-kan sepatunya, Agatha mulai merengek "pls help me ma.. ini susah sekali.." Saya tetep tenang, tidak berniat membantu. "Coba dulu, jangan mudah mengeluh nak... coba lagi, Agatha pasti bisa, begitu kataku berulang-ulang." Hampir 5 menit, dia berusaha akhirnya sepatu itu masuk juga ke kaki nya hahahaha.. Saya beri semangat "yeyyyy! alhamdulillah akhirnya bisaaa.. Agatha hebat sekali yaaa.." lain kali juga harus begitu ya nak.." Jangan mudah menyerah dulu ya.." begitu kataku. Pelajaran yang kami dapat bersama hari ini tentang melatih kemandirian, bahwa sebagai orang tua kita harus memberi kepercayaan, memberi keyakinan bahwa dia mampu melakukan hal itu. Dengan begitu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan rasa kemandirian pada dirinya pribadi.
#Hari6
#GameLevel2
#Tantangan10Hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP
Perjalanan kami setelah sampai ke Bus Interchange masih berlanjut ke Yishun MRT. Di dalam kereta Agatha dan saya tidak dapat duduk berdekatan, karena kursi yang kosong pun tidak ada yang bersebelahan. Sehingga saya duduk dengan jarak kurang lebih 3m dari posisi duduknya. Dia duduk sendiri dengan tertib, sesekali menoleh kearah saya. Dan saya mengacungkan jempol saya untuk memberi pujian atas sikap baiknya di dalam transportasi umum. Pada poin ini, saya bisa melihat bagian dari perkembangan kemandiriannya, yaitu mampu berkomunikasi dua arah dengan orang dewasa (dalam hal ini saya). Dan saya lihat dia pun dapat memahami jawaban saya atas pertanyaannya tadi. Harapan saya dia juga mampu menyerap maksud dari perumpamaan saya dengan cara menceritakan dengan ringan sesuatu yang berhubungan dengan maksud dari pertanyaannya tadi. Dia cukup baik diajak kerjasama hari ini, dengan duduk terpisah beberapa jarak dari saya, menunjukkan bahwa dia cukup mandiri dan berani. Oh iya saya lupa menceritakan kalau Agatha masih sulit mengikat sepatunya sendiri, namun dia selalu ingin menggunakan sepatu yang ada talinya. Tapi lagi-lagi saya lah yang akan diminta tolong mengikat sepatunya. Tapi ketika berangkat tadi dia mengatakan "ma, i want use the blue shoes".. Saya jawab "ya boleh aja, tapi kamu harus bisa pasangkan sepatunya sendiri tanpa pertolongan mama." Memasang sepatu ini adalah salah satu perkembangan kemandirian bagi anak usia 5-6 tahun, dan inilah waktunya. Dia sedikit mengeluh ketika mencoba memasangkan sepatu tadi pagi, karena dia memaksa memasukkan kakinya ke dalam sepatu tanpa membuka ikatan sepatu tersebut. Tapi pada akhirnya berhasil dan dia cukup lega. Nah kejadian yang sama berulang waktu dia mau memakai sepatu ketika selesai mengaji. Hampir sedikit kesal, namun saya membiarkan untuk tidak menolongnya, karena saya sudah katakan diawal, jika kamu kesulitan memasangkan sepatu, Mama tidak akan membantu sampai kamu benar-benar sudah berusaha memakainya dengan semampumu. Ada seorang Teacher yang melihat saya memperlakukan Agatha, dia menyeletuk.."duhh kasian sekali, Ibu itu coba dibantu Agathanya" Saya menjawab dengan tersenyum, tanpa merubah posisi dan tetap berdiri sambil melihat Agatha yang masih kesulitan memakai-kan sepatunya, Agatha mulai merengek "pls help me ma.. ini susah sekali.." Saya tetep tenang, tidak berniat membantu. "Coba dulu, jangan mudah mengeluh nak... coba lagi, Agatha pasti bisa, begitu kataku berulang-ulang." Hampir 5 menit, dia berusaha akhirnya sepatu itu masuk juga ke kaki nya hahahaha.. Saya beri semangat "yeyyyy! alhamdulillah akhirnya bisaaa.. Agatha hebat sekali yaaa.." lain kali juga harus begitu ya nak.." Jangan mudah menyerah dulu ya.." begitu kataku. Pelajaran yang kami dapat bersama hari ini tentang melatih kemandirian, bahwa sebagai orang tua kita harus memberi kepercayaan, memberi keyakinan bahwa dia mampu melakukan hal itu. Dengan begitu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan rasa kemandirian pada dirinya pribadi.
#Hari6
#GameLevel2
#Tantangan10Hari
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP
0 comments:
Post a Comment